Nasional

Gus Yahya: Tidak Boleh Atasnamakan NU dalam Kontestasi Pemilu

Sel, 31 Oktober 2023 | 18:00 WIB

Gus Yahya: Tidak Boleh Atasnamakan NU dalam Kontestasi Pemilu

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan pesan bahwa tidak boleh membawa nama NU dalam tindakan dukung-mendukung pada kontestasi pemilihan umum (Pemilu).


“Prinsipnya adalah bahwa apapun, tindakan dukung-mendukung dalam kompetisi pemilihan presiden (Pilpres), maupun pemilihan umum yang akan datang ini tidak boleh membawa-bawa Nahdlatul Ulama,” ujarnya pada konferensi pers untuk menyerukan pernyataan sikap atas konflik Israel-Palestina, di Lobi Gedung PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Selasa (31/10/2023).


Gus Yahya menegaskan bahwa pengurus NU juga tidak boleh membawa-bawa nama NU dalam kontestasi pemilu.


“Jadi, tidak boleh bicara bahwa atas nama NU saya mendukung, itu tidak boleh, mendukung calon ini, calon itu, tidak boleh. Tetapi, jelas kita tidak bisa menghalangi hak-hak pribadi untuk berpartisipasi. Silakan kalau itu hak pribadi. Nggak boleh dihalang-halangi. Tetapi, tidak boleh mengatasnamakan NU,” tegasnya.


Pernyataan tersebut berulang kali diungkapkannya dalam berbagai kesempatan. Salah satunya pada Musyawarah Kerja Wilayah Nahdlatul Ulama (Muskerwil NU) Jawa Tengah di Pesantren Al-Musyaffa Sudipayung, Ngampel, Kabupaten Kendal pada Ahad (29/10/2023).


Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya berpesan untuk tidak menjadikan NU sebagai komoditas politik.


“Rais ‘Aam mengatakan jangan buka lapak sendiri-sendiri. Itu maksudnya itlaqul hadri, artinya jangan buka lapak, artinya begitu. Artinya jangan jadikan NU ini komoditas untuk jualan, artinya itu,” tandasnya.


Lebih lanjut, Gus Yahya menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam NU, terutama dalam menghadapi Pemilu yang akan datang. Ia mengungkapkan fokus NU adalah keselamatan negara.


“Pemilu dan Pilpres ini cuman lewatan yang harus kita lalui. Kita punya tujuan yang lebih jauh dan lebih penting. Nah, kita harus lewat dengan selamat, NU-nya selamat, negaranya selamat,” ujarnya.


Gus Yahya menjelaskan maksud dari selamat tersebut yaitu sesama warga, sesama saudara tidak saling bertengkar meskipun berbeda pilihan. Lalu sistem politiknya aman dan tidak terjadi kekacauan.


“Negara ini berjalan, arahnya jelas, yang sudah dicapai jangan mundur lagi, yang sudah dicapai ini teruskan sampai ke tujuan, itu namanya selamat. Jadi kalau kemarin-kemarin saya sampaikan kepentingan NU terhadap politik Indonesia, satu-satunya kepentingan NU terhadap politik Indonesia adalah keselamatan bangsa dan negara,” pungkasnya.