Nasional

Gus Ulil Jelaskan Ahlussunnah wal Jamaah versi Cak Nur

NU Online  ·  Kamis, 21 Maret 2019 | 16:00 WIB

Gus Ulil Jelaskan Ahlussunnah wal Jamaah versi Cak Nur

Diskusi Ahlussunnah Waljamaah bersama Ulil Abshar Abdalla

Jakarta, NU Online
Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) menjadi satu term yang tidak asing bagi Nahdliyin. Terlebih bagi Ulil Abshar Abdalla, seorang cendekiawan Nahdlatul Ulama yang lahir dan besar di lingkungan pesantren. Baginya, Aswaja sudah menjadi sikap hidup, sampai cara makan pun mengikuti golongan ini.

Namun, Gus Ulil mengaku baru betul-betul memahami pengertian Aswaja setelah membaca buku Khazanah Intelektual Islam karya Nurcholish Madjid. 

"Saya baru 'ngeh' tentang pengertian Ahlussunnah wal Jamaah," ujar Gus Ulil saat menjadi pembicara pada peluncuran kembali buku tersebut di Aula Gedung Graha STR lantai 4, Jalan Ampera Raya Nomor 11, Jakarta Selatan, pada Rabu (20/3).

Pengampu Ihya Ulumiddin daring (online) itu menjelaskan bahwa aswaja merupakan kelompok yang menghindari pertikaian dan menjaga persatuan. "Suatu kelompok yang sejak awal fokusnya menghindari pertikaian politik dan memusatkan diri kepada upaya untuk membangun kehidupan umat yang relatif lebih terjaga kesatuannya karena mereka tidak terjatuh ke dalam polarisasi itu," jelasnya.

Orang yang bertanggung jawab untuk memunculkan dasar-dasar Ahlussunnah wal Jamaah itu, kata Gus Ulil, yakni Abdullah bin Umar. Salah seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits itu enggan terlibat pada polarisasi politik yang cukup berbaya. Saat itu, terdapat dua kubu besar, yakni Sayidina Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan.

"Dialah orang yang sejak awal menyingkir dari pertikaian politiknya," terangnya.

Bagi Cak Nur, jelas Gus Ulil, kata kunci dalam aswaja adalah jamaahnya, yaitu kesatuan umat yang tidak boleh dikorbankan karena pertikaian politik. Meskipun demikian, lanjutnya, kelompok aswaja ini hatinya bersama Sayidina Ali. "Yang menarik kata Cak Nur, aswaja itu sebetulnya hatinya bersama dengan Ali," ucapnya.

Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia merupakan khalifah Dinasti Umayah yang menghentikan tradisi khutbah memaki Sayidina Ali. "Dicontohkan Umar bin Abdul Aziz ini dengan menyetop memaki Ali di mimbar-mimbar Jumat," katanya.

Meskipun demikian, Aswaja secara politik tidak mau terlibat dalam pertikaian Muawiyah dan Ali. "Ciri khas Ahlussunnah wal Jamaah itu menghindari pertikaian dan menjaga persatuan umat," pungkasnya.

Diskusi yang dipandu oleh Rosida Erowati itu juga menghadirkan Sosiolog Ignas Kleden dan Ketua Nurcholis Madjid Society Wahyuni Nafis. Omi Komaria Madjid, istri Cak Nur, juga hadir dalam kegiatan tersebut. (Syakir NF/Muiz)