Nasional

Gus Sholah Konsisten Menjaga Marwah NU

Sen, 3 Februari 2020 | 12:30 WIB

Gus Sholah Konsisten Menjaga Marwah NU

A’wan PCNU Jember, Jawa Timur, H Misbahus Salam (paling kanan) bersama Ning Yeny Wahid dan Gus Sholah dalam sebuah acara. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Jika Allah berkehendak ‘memanggil’ seseorang untuk kembali ke asalnya (wafat), siapapun tak bisa mengelak. KH Salahuddin Wahid, betepapun orang tak menginginkannya meninggal dunia, namun Sang Maha Pencipta rupanya punya rencana lain. Gus Sholah, sapaan akrabnya, telah dipanggail oleh Allah untuk menghadap-Nya. Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur itu telah dikebumikan sore ini (Senin, 3/2) di pemakaman keluarga besar pesantren Tebuireng, satu petak dengan ‘kediaman’ kakaknya, KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).

 

Bersamaan dengan penguburan itu, maka putus sudah hubungan Gus Sholah dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Namun amal baik tak pernah mengambil jarak apalagi putus koneksi dengan pemiliknya. Cerita amal baik dan gagasan yang bermanfaat dari almarhum Gus Sholah, tentu tetap tertanam dalam ingatan. Salah satunya direkam dalam ingatan A’wan PCNU Jember, Jawa Timur, H Misbahus Salam.

 

Menurut H Misbah –sapaan akrabnya-- Gus Sholah adalah pejuang ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) yang sangat konsisten pada pikiran KH Hasyim Asy'ari. Pemikiran-pemikiran beliau tentang pentingnya melestarikan ajaran Aswaja, hampir menjadi menu utama tausiahnya di berbagai kesempatan. Tidak hanya itu, Gus Sholah juga konsisten dalam menjaga ideologi negara Pancasila dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

 

“Saya pernah bersama-sama beliau mengunjungi beberapa daerah di Indonesia untuk menghadiri acara NU dan Polda, misalnya di Kalimantan Barat, NTB (Nusa Tenggara Barat), Batam, dan sebagainya. Jadi tema-tema yang mendominasi pidatonya, ya itu, Aswaja, NKRI dan Pancasila,” tuturnya.

 

Selain itu, dalam menyikapi persoalan keagamaan dan negara, Gus Sholah sangat rasional dan selalu mengedapankan nilai-nilai ukhuwah. Sehingga komentar-komentarnya sangat sejuk, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan kegaduhan.

 

“Itu yang saya rasakan dari sikapnya dalam menghadapi persoalan bangsa,” tambahnya.

 

Alumni Pondok Pesantren Slafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbodno Jawa Timur itu, menegaskan bahwa Gus Sholah adalah sosok yang ingin selalu menjaga marwah NU. Hal ini bisa dilihat dari keinginannya untuk terus memperbaiki NU, menjaga khittah NU dan sebagainya. Dikatakannya keinginan Gus Sholah itu tidak bisa diartikan bahwa NU selama ini kurang baik atau bahkan tidak baik. Bukan.

 

“Keinginan beliau itu menunjukkan betapa cintanya beliau kepada NU, sehingga selalu ingin menyempurnakan yang ada,” urainya.

 

Dari sisi pengelolaan pesantren, Gus Sholah berhasil mengembangkan pesantren Tebuireng dengan cukup baik, bahkan mampu mendirikan cabang pesantren Tebuireng di berbagai daerah di Indonesia.

 

“Semua itu menjadi amal jariyah beliau,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi