Daerah

Kemandirian Ekonomi Pesantren Hendaknya Jadi Perhatian

Ahad, 19 Januari 2020 | 06:30 WIB

Kemandirian Ekonomi Pesantren Hendaknya Jadi Perhatian

H Rasyid Zakaria memberikan orasi pada Kongres Santri yang digelar Asparagus (Assosiasi para Lora dan Gus) di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Suren, Ledokombo, Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online 
Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama atau Lesbumi NU Jember, Jawa Timur, H Rasyid Zakaria menegaskan pentingnya pondok pesantren untuk mandiri secara ekonomi. Sebab pesantren mempunyai potensi untuk menggerakkan roda perekonomian bagi internal pesantren maupun di lingkungan masyarakat. 
 
“Saya kira hal terpenting kedepan adalah perlu digalakkan kemandirian ekonomi pesantren,” ujarnya kepada NU Online usai memberikan orasi dalam Kongres Santri yang digelar oleh Asparagus (Assosiasi para Lora dan Gus) di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Desa Suren, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Sabtu (18/1).
 
Menurut tokoh yang akrab disapa Kak Towan itu, menciptakan kemandirian ekonomi adalah satu keniscayaan jika pesantren ingin maju. Sebab ekonomi merupakan kunci penting pengelolaan lembaga pendidikan, termasuk pesantren. Dengan ekonomi yang mandiri, maka mutu pendidikan bisa ditingkatkan sesuai dengan ‘selera’ pengasuh dan pengurus pesantren.
 
“Terus terang kemandirian ekonomi pesantren menjadi perhatian saya sejak awal. Saya pernah di birokrasi, saya paham bagaimana mengelola dan memajukan ekonomi di bidang pertanian,” tuturnya.
 
Tokoh yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo Situbondo itu mengaku yakin bahwa ekonomi pesantren bisa mandiri. Nyatanya, tidak sedikit pesantren yang sudah mempunyai usaha cukup bagus dan mampu menghidupi lembaga.
 
“Potensi berkembangnya ekonomi di pesantren cukup bagus, tinggal berkreasi untuk membuat usaha tertentu yang cocok dengan lingkungan masyarakat,” terangnya.
 
H Rasyid menambahkan, secara tradisi pesantren dan santrinya mempunyai kemampuan segala hal. Untuk hal apapun, santri bisa. Karena itu tidak heran jika alumni pesantren ada yang jadi birokrat, pendidik, pengusaha dan sebagainya. 
 
“Apalagi cuma untuk urusan usaha (ekonomi),” jelasnya.
 
Katanya, secara individu santri memang mempunyai karakter mandiri. Hidup di pesantren sejatinya adalah melatih hidup untuk mandiri dalam segala hal. Karena itu, tidak heran jika santri pulang kampung tidak susah untuk menjalani kehidupan. Selalu ada jalan keluar dari setiap persoalan yang muncul, termasuk soal ekonomi. 
 
“Itulah salah atu kelebihan santri,” tegasnya.
 
 
Pewarta: Aryudi AR 
Editor: Ibnu Nawawi