Nasional

Gus Nadir: Tulisan yang Baik Mampu Hadirkan Jiwa Penulisnya

Sel, 9 November 2021 | 00:00 WIB

Gus Nadir: Tulisan yang Baik Mampu Hadirkan Jiwa Penulisnya

Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia, KH Nadirsyah Hosen (Gus Nadir). (Foto: Facebook Sigit Priatmoko)

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia, KH Nadirsyah Hosen (Gus Nadir), mengatakan bahwa tulisan yang baik adalah tulisan yang bukan saja rangkaian kata, tetapi juga mampu menghadirkan jiwa penulisnya kepada para pembaca.

 

"Saat anda membeli buku, bukan saja kertas dan tinta yang anda beli. Saat anda membaca untaian kalimat, bukan saja ejaan huruf yang anda tangkap ke dalam pikiran anda. Bisakah anda menyelami jiwa penulisnya?” tulis Gus Nadir dalam halaman facebook Nadirsyah Hosen, pada Senin (8/11/2021)
 

Gus Nadir melanjutkan, salah satu ciri-ciri sebuah tulisan telah berhasil adalah gagasan yang tertuang dalam tulisan tersebut tidak menuntut pembaca untuk sependapat dengan gagasan si penulis, tetapi memberi ruang pada pembaca untuk menyusuri tepian imajinasi penulis dan mendorongnya untuk mengembangkan imajinasi sendiri.

 

"Saat imajinasi penulis bertemu dengan imajinasi pembaca, buku atau artikel yang tengah anda baca telah berhasil menjalankan misinya. Setiap anda membaca ulang, tulisan yang dahsyat akan selalu membuka ruang imajinasi yang berbeda,” ujar pengajar di Fakultas Hukum Universitas Monash, Australia itu.
 

Sebaliknya, lanjut Gus Nadir, pembaca yang membungkam sebuah tulisan hanya karena tidak sependapat dengan gagasannya, akan menimbulkan rasa kecewa. Pembaca yang demikian adalah model orang yang tidak  berpikir luas, sebab tidak mau mengeksplorasi imajinasi penulis di balik tulisannya. Sementara imajinasi itu kekal, kendati penulisnya sudah lama mati.

 

Itulah sebabnya, kata Gus Nadir, penulis akan tetap hidup di benak para pembacanya, meski penulisnya sudah mati ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Tidak pula pembaca bosan berulangkali membacanya.

 

Selain membagi jiwa dan mempertamukan imajinasi penulis dengan pembaca, tulisan yang baik juga mampu memberikan sumbangan energi kepada para pembacanya. Sehingga wajar jika ada pembaca yang tergerak begitu ia membaca sebuah tulisan. Itu karena tulisan yang ia baca menjadi suntikan energi baginya.

 

"Tulisan tanpa energi hanya sekadar mengajari pembaca mengeja kata. Makna tulisan ditentukan oleh sejauhmana energi yang dihadirkan mampu diraih oleh pembaca," pungkas Gus Nadir.
 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Kendi Setiawan