Nasional ULTAH KE-74 GUS MUS

Gus Mus Dicintai karena Berdzikir dalam Laku

NU Online  ·  Ahad, 12 Agustus 2018 | 09:40 WIB

Gus Mus Dicintai karena Berdzikir dalam Laku

Ulang tahun ke-74 Gus Mus (foto: Suara Merdeka)

Jakarta, NU Online
Ulang tahun ke-74 Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah, KH Mustofa Bisri (Gus Mus), dirayakan Sabtu (11/8). Acara dihelat Harian Suara Merdeka di Semarang, Jawa Tengah.

Acara betajuk Mata Air Gus Mus, dihadiri sejumlah tokoh seperti D Zawawi Imron, Najwa Sihab, Cak Nun, Ahmad Tohari, Soesiawan Leak, Prie GS, Endah Laras. Mereka tampil menyampaikan testimoni, membacakan puisi dan bernyanyi. 

Sastrawan Ahmad Tohari yang khusus datang dari Banyumas mengatakan kedatangannya untuk menyampaikan khidmat. Gus Mus bagi Tohari adalah sahabat dan gurunya. 

Ia juga datang karena ingin mengajukan pertanyaan yang sudah lama tersimpan, bagaimana bisa ada pribadi orang kok bisa seperti Gus Mus?

“Yang datang ke sini orang yang hormat dan cinta kepada Gus Mus. Yang diajak salaman merasa adem. Saya saja yang duduk tiga kursi dari Gus Mus, rasanya adem dan mendapat berkah. Kenapa bisa seperti itu?” kata Tohari seperti dalam rekaman video Mata Air Gus Mus

“Saya tidak tahu pasti, cuma bisa meraba-raba. Dulu saat suka ngaji salah satu yang kiai saya katakan adalah barang siapa yang suka menyebut asma Allah di depan orang banyak, maka akan dicintai orang banyak," lanjut Tohari.

Menurutnya, Gus Mus menyebut asma Allah di depan orang banyak dalam perilaku, dalam puisi, dalam senyuman dan dalam tausiyahnya. "Zikir tiga asmaul husna secara maknawi yaitu arrahman (Maha Cinta), arrahim (Maha Kasih) dan assalam (Maha Dama). Cinta, kasih, dan damai adalah karya-karya Gus Mus," katanya.

Seperti mengamini dugaan Tohari, lewat video dokumentar yang diputar malam itu, Gus Mus mengatakan dalam dakwah maknanya mengajak, bukan menyuruh bukan memerintah. Salah satu dakwah adalah lewat karya film. Penonton dapat mengambil hikmah tanpa diajari.

Presenter Najwa Shihab mengatakan dirinya teringat salah satu postingan Gus Mus di media sosial. ''Siapa yang salah; yang mengustadzkan; yang diustadzkan; atau yang percaya keustadzannya?''. 

''Kemudian Gus Mus bercerita ulama itu harus bisa meniru Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Puisi yang saya bacakan tentang kerinduan Gus Mus kepada Kanjeng Nabi,'' kata Nana.

Maka malam itu Nana membacakan puisi karya KH Mustofa Bisri berjudul 'Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasihku.

Di penghujung acara, Gus Mus pun memberikan sambutan bahwa ulang tahun ini mengingatkan dirinya sudah tua dan tidak usah neko-neko. 

“Banyak orang yang berbicara tentang pribadi saya. Tapi, sebenarnya itu bukan pribadi saya. Hanya Allah yang tahu pribadi saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya lebih rendah dari Anda. Saya belajar dari Anda. Saya tidak bisa seperti Anda. Saya tidak bisa seperti Cak Nun. Dia tidak pernah tidur. Malam di Jakarta. Paginya saya undang ke Rembang. Dia datang. Ini kalau tidak pemberian Allah pasti tidak bisa seperti itu,” beber Gus Mus. (Kendi Setiawan)