Nasional

Gus Mus: Banyak yang Mengira Halal bi Halal Produk Arab

Ahad, 23 Juni 2019 | 04:15 WIB

Gus Mus: Banyak yang Mengira Halal bi Halal Produk Arab

KH Musthofa Bisri

Malang, NU Online
Di Indonesia, saat Idul Fitri atau bulan Syawal sering kita jumpai banyak orang yang mengadakan kegiatan halal bi halal. Banyak yang mengira bahwa halal bi halal merupakan tradisi yang berasal dari Arab. 

Namun, KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus) menegaskan bahwa halal bi halal merupakan produk asli nusantara. “Halal bi halal itu Indonesia, nusantara. Di Arab itu tidak ada,” jelasnya.

Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang, Jawa Tengah ini menjelaskan hal tersebut di acara Halal Bi Halal dan Haul KH Mustamar dan KH Achmad Noer yang diselenggarakan oleh Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang, pesantren asuhan KH Marzuqi Mustamar pada Jumat (21/6) malam.

Ia menceritakan, suasana Idul Fitri di Mesir. Menurutnya suasana Idul Fitri di sana sangatlah berbeda dengan yang ada di Indonesia, di nusantara.“Di Mesir itu saat Idul Fitri, setelah selesai melaksanakan Shalat Id, satu keluarga membawa tikar dan bekal, kemudian terus piknik ke kebun binatang, melihat monyet. Habis itu pulang lagi ke rumah,” ucapnya.

“Di Indonesia, masyarakat saling berkunjung, saling meminta maaf. Ini nusantara asli,” imbuhnya.

Gus Mus pun menjelaskan alasannya menggunakan kata nusantara. Hal ini dikarenakan nusantara itu tidak hanya Indonesia saja, sebab Malaysia dan Brunei juga menyelenggarakan halal bi halal, sebab dulunya merupakan satu rumpun dengan Indonesia.

“Dulu Indonesia, Malaysia, dan Brunei itu satu rumpun dan kegiatan ini (halal bi halal -red) hanya ada di nusantara. Inilah bentuk kecerdasannya sesepuh yang ada di nusantara,” tukasnya.

Kiai yang merupakan sahabat karib almarhum Gus Dur ini menjelaskan maksud dari kecerdasan para ulama nusantara. Menurutnya, kegiatan halal bi halal ini diadakan agar dosa yang dimiliki oleh orang-orang bisa diampuni semua. Sebab dosa antar sesama manusia hanya bisa hilang jika saling memaafkan.

“Karena puasa Ramadhan dosa kita dimaafkan. Kemudian saling meminta maaf antar kita, hamba-hamba Gusti Allah Taala. Jadi dua jenis dosa hilang semua,” jelasnya. (Hanan/Muiz)