Betulkah Gus Dur Disebut "Bapaknya" Orang Papua?
NU Online · Senin, 16 Januari 2017 | 20:01 WIB
Presiden ke 4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memiliki sembilan nilai utama diwariskan, yakni ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan dan kearifan lokal. Bagi sejumlah warga Papua, implementasi nilai itu mempunyai kesan tersendiri.
Ketua PC GP Ansor Jayawijaya, Papua H Abu Hanifah Assho, di Kantor PP GP Ansor, Jakarta, Selasa (17/1), menyatakan, masyarakat Papua dengan beragam organisasi, profesi hingga iman sangat menyukai Gus Dur.
“Umumnya bagi kami, kalau bilang Gus Dur ya bapaknya orang Papua,” ujar dia.
Alasannya, kata Hanifah, Gus Dur bisa masuk dan berada di tengah warga Papua tanpa memandang suku dan iman.
“Gus Dur masuk dan mendekati kami melalui kearifan lokal. Maka kami warga Papua banyak yang menyebutnya sebagai bapak. Gus Dur mempersatukan kami melalui kearifan lokal,” kata dia lagi.
Hanifah menambahkan, Papua biasa dilihat dari sudut pandang religi, tapi Gus Dur tidak melakukan itu.
“KH Abdurrahman Wahid tidak melihat kami dengan sudut pandang itu. Nasrani, Islam, Hindu atau Budha di Papua semua dirangkul. Penghargaan dan penegasan nasionalisme, kemanusiaan dan kearifan lokal itu yang membuat masyarakat Papua nyaman dan menghormati Gus Dur hingga tak ragu menyebutnya sebagai bapak bagi kami,” ujar dia menjelaskan.
Gus Dur menggerakkan kearifan lokal dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.
Kearifan lokal yang merupakan satu dari sembilan nilai utama Gus Dur bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan lokal Indonesia di antaranya berwujud dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, dan seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
4
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
5
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
6
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
Terkini
Lihat Semua