Nasional

GP Ansor Tegaskan Jangan Benturkan Agama dengan Pancasila

Rab, 12 Februari 2020 | 17:45 WIB

GP Ansor Tegaskan Jangan Benturkan Agama dengan Pancasila

Ketum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menilai pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang menyatakan musuh Pancasila adalah agama sebagai pernyataan yang perlu diluruskan.
 
Pernyataan Yudian tersebut, menurut Gus Yaqut, sapaan akrabnya, terkesan membenturkan agama dengan Pancasila. 
 
"Pernyataan Kepala BPIP Pak Yudian Wahyudi tersebut terkesan membenturkan agama dengan Pancasila. Kalau agama jadi musuh terbesar Pancasila, sama saja kelompok-kelompok radikal yang anti-Pancasila mendapat justifikasi," tandas Gus Yaqut, Rabu (12/2).
 
Menurut Gus Yaqut, menjaga Pancasila adalah dalam rangka menegakkan agama yang penuh kasih sayang sekaligus adil bagi semua. Dan, menjadi Muslim yang baik, menjadi rahmat bagi semesta, juga bagian dari meninggikan derajat Pancasila. 
 
Gus Yaqut mengatakan, Pancasila yang selama ini diterima sebagai jalan kemaslahatan hidup berbangsa mampu menengahi berbagai macam perbedaan. Jika kemudian agama dan Pancasila dibenturkan, katanya, maka Pancasila akhirnya dijadikan musuh bersama. 
 
"Kelahiran dan disepakatinya Pancasila sebagai dasar negara dan perekat berbagai macam perbedaan di Indonesia ini sudah melalui perjalanan panjang dan banyak pertimbangan," tegas Gus Yaqut.
 
Rongrongan ideologi Islam transnasional terhadap Pancasila, menurut Gus Yaqut, belakangan inilah yang makin nyata. Sebagai bangsa, Indonesia sedang diuji untuk bisa bersama-sama merawat Pancasila sebagai satu-satunya asas.
 
"Saya yakin, Pancasila ini adalah kalimatun sawa’ alias titik temu antar suku, agama, etnis, ras, atau ragam identitas lainnya," ujarnya.
 
Di sisi lain dia membenarkan bahwa untuk urusan Pancasila Nahdlatul Ulama (NU) sudah final. NU, katanya, telah mengakui keberadaan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup bangsa. 
 
"Pada Munas Ulama 1982, NU menerima Pancasila sebagai asas organisasi, dan dua tahun kemudian di Muktamar NU di Situbondo NU menyatakan Pancasila sebagai asas bangsa sudah final. Rais Aam Pengurus Besar NU KH Achmad Siddiq waktu itu secara gamblang menyatakan Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara yang menjadi asas bangsa Indonesia," ujarnya. 
 
Gus Yaqut menjelaskan, hubungan Islam dan Pancasila dalam pandangan Kiai Achmad Siddiq bukan berarti menyejajarkan Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai ideologi. Sebab, hal itu dapat merendahkan Islam dengan ideologi atau isme-isme tertentu. 
 
"Islam yang dicantumkan sebagai asas dasar itu adalah Islam dalam artian ideologi, bukan Islam dalam artian agama. Ini bukan lantas menafikan Islam sebagai agama, tapi mengontekstualisasikan Islam yang berperan bukan hanya sebagai jalan hidup, namun juga ilmu pengetahuan dan tradisi pemikiran yang tidak lekang oleh zaman," pungkas Gus Yaqut.
 
Editor: Kendi Setiawan