Nasional

Gotong Royong dan Solidaritas Tinggi Diperlukan untuk Lawan Corona

Ahad, 12 April 2020 | 19:30 WIB

Gotong Royong dan Solidaritas Tinggi Diperlukan untuk Lawan Corona

Seorang anggota Banser melakukan aksi penyemprotan disinfektan.

Jakarta, NU Online

 

Pemerintah mengambil strategi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menghadapai perkembangan pandemi virus Corona atau Covid-19. Ibu kota DKI Jakarta sendiri telah menetapkan kebijakan tersebut sejak Jumat (10/4) lalu demi menekan penyebaran virus ini. Walau begitu, sejatinya PSBB ini sebenanya hanyalah salah satu instrument kebijakan semata yang sangat bergantung pada kedisiplinan warga untuk bersama melawan virus tersebut.

 

Guru Besar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Prof Hamdi Muluk mengatakan, dalam menghadapi pendemi dibutuhkan kesadaran bersama dan solidaritas masyarakat yang tinggi dalam bentuk gotong royong, saling mendukung, dan termasuk disiplin untuk tetap berada di rumah masing-masing.

 

“Sekarang tradisi-tradisi gotong royong harus ditingkatkan kembali, termasuk solidaritas dalam membantu ekonomi sesama warga,” tutur Hamdi Muluk di Jakarta, beberapa waktu lalu. Ia menyontohkan, bentuk nyata salin tolong menolong seperti memastikan ketersediaan makanan tetangga yang kurang mampu yang pekerjaannya terdampak langsung oleh korona.

 

Hamdi Muluk mengatakan, bukan tidak mungkin keberlangsungan wabah ini mengganggu ketahanan pangan dan kestabilan ekonomi nasional yang menyebabkan perekonomian negara terguncang. “Kalau misalnya pandemi ini berkelanjutan, lalu ekonomi lumpuh apakah masyarakat masih bisa makan atau tidak, itu yang perlu jadi perhatian bersama,” ujarnya.

 

Dalam kondisi seperti ini, lanjut Hamdi Muluk, tugas pemerintah yang utama adalah memastikan tidak ada orang kelaparan. Karenanya pemerintah harus menjaga agar kebutuhan pangan seperti sembako itu tetap ada. Kalaupun sekarang konsep PSBB dijalankan, maka sektor-sektor penting tidak boleh berhenti.
 
Dalam keadaan demikian, sudah sepatutnya semua warga bahu membahu dan bekerja sama mengatasi ancaman pandemi ini. Karena di dalam sistem pertahanan semesta maka setiap unsur bangsa harus turut serta dilibatkan. “Jadi harus mengikuti imbauan pemerintah misalnya untuk tetap diam di rumah apabila tidak ada keperluan yang mendesak,” ujarnya.
 

Saling membantu sesama warga

 

Sikap gotong royong seperti yang dikatakan Hamdi Muluk sudah banyak terjadi di kalangan masyarakat. Berbagai organisasi, komunitas, bahkan individu banyak yang ambil bagian untuk membantu. Jaringan Gusdurian misalnya berhasil mendistribusikan sembako untuk kelompok miskin di Jakarta hingga miliaran rupiah. PBNU membentuk Satgas penanganan corona untuk melakukan sejumlah aksi nyata seperti penyemprotan disinfektan di sejumlah tempat.

 

Salah seorang kader Ansor Wonosobo bernama Badaruddin sempat viral di media sosial karena menyumbangkan gajinya sebagai kepala desa Talunombo Wonosobo untuk keperluan pencegahan Covid-19. Yang terbaru, dia menyediakan tanahnya untuk digunakan sebagai lahan pemakaman jenazah yang pemakamannya ditolak warga karena terjangkit corona.

 

“Barang siapa ada korban corona yang ditolak warga untuk dikebumikan, nanti bisa dikebumikan di tanah ini saya secara gratis. Ini adalah bentuk tanggung jawab saya kepada sesama manusia,” kata Badaruddin dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial.

 

Sementara itu, sejumlah upaya social distancing juga ditindaklanjuti oleh warga dengan berbagai penyesuaian. Di perumahan Sawangan Village, Bedahan, Depok misalnya, warga melakukan inisiatif untuk memperketat tamu yang masuk ke dalam perumahan. Pengurus RT setempat menyediakan disinfektan, dan peralatan mencuci tangan yang diperuntukkan untuk pendatang yang hendak memasuki kawasan perumahan.

 

Di tempat lain di Jawa Timur, pemerintah kabupaten Gresik meniadakan kapal penumpang jalur Pulau Bawean - Gresik selama dua minggu, demi mengantisipasi penyebaran virus Covid-19. Selain itu, warga yang datang dari luar pulau juga diimbau agar mengurung diri selama dua minggu sebelum berinteraksi dengan warga yang lain.

 

Editor: Ahmad Rozali