Jakarta, NU Online
Tradisi mudik atau pulang kampung saat momen menjelang Lebaran atau Idul Fitri ikut dirayakan mesin pencarian terkemuka Google dengan menampilkan gambaran arus mudik di Doddle. Google Doddle merupakan layanan spesial Google secara temporer untuk memperingati dan merayakan momen-momen tertentu.
Di dalam tampilan search engine tersebut, terlihat Google Doddle menampilkan ilustrasi para pemudik yang menggunakan berbagai macam moda transportasi atau kendaraan untuk melakukan perjalanan dari kota menuju ke kampung halaman. Kendaraan-kendaraan tersebut tampak penuh dengan barang-barang bawaan.
Pembaca akan diarahkan ke informasi-informasi sekitar mudik tahun 2018 ketika meng-klik gambar ilustrasi di Doddle. Tercatat Google, terdapat sebanyak 34.200.000 pengakses per 0.37 detik yang menggunakan kata kunci “Mudik”.
Tradisi pulang kampung menjadi momen istimewa bagi umat Islam di Indonesia saat Lebaran tiba. Mereka berbondong-bondong untuk melakukan silaturahim bersama sanak-saudara dan keluarga di kampung halaman.
Soal tradisi mudik ini, salah seorang Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Muhammad Sulton Fatoni menegaskan, mudik adalah ibadah. Sebab menurutnya, mudik bagi Muslim di Indonesia tak sekadar kembali ke kampung halaman. Ia menjadi bagian penting dari macam-macam ibadah yang terdapat di bulan Ramadhan.
“Mudik bermakna kembali merajut tali persaudaraan. Tidak hanya merajut, tetapi juga memperkuat dan memelihara tautan hati antarmanusia,” ujar Sulton lewat keterangan tertulisnya, Sabtu (9/6) lalu.
Penulis buku Buku Pintar Islam Nusantara ini menjelaskan, kekuatan mudik sejatinya adalah implementasi atas perintah Allah SWT untuk memelihara silaturahim dan menghindari bermaksiat kepada Allah SWT dalam bentuk terputusnya tali persaudaraan (QS: Ar-Ra’du: 21).
Rasulullah SAW pun mengajarkan urgensi menjaga tali persaudaraan. Seseorang yang mampu memelihara tali persaudaraannya pertanda ia termasuk orang yang mempunyai keimanan.
“Rasulullah SAW juga mengingatkan terdapat risiko yang sangat dahsyat saat seseorang memutus tali persaudaraan, fal yatabawwa’ maq’adahu minan nar,” tutur Sulton. (Fathoni)