Nasional

Geliat Ekonomi pada Pengajian Tarekat Menjanjikan

Rab, 4 Februari 2015 | 03:08 WIB

Jombang, NU Online
Dengan menenteng empat karung plastik berukuran besar, Roshid (25) warga Sumobito Jombang, berjalan mondar mandir di depan puluhan ribu jamaah Thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah Rejoso Peterongan, Jombang, Jawa Timur, yang sedang menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Bersama 10 tetangganya, lelaki lajang ini menjajakan makanan ringan berupa kerupuk, kacang goreng, melinjo, dan jipang, Sabtu (31/1) itu. "Setiap ada kegiatan seperti ini saya selalu datang, bersama adik dan beberpa tetangga. Mereka juga sama berjualan seperti saya," ujarnya kepada NU Online.

Dalam setiap acara pengajian tarekat semacam ini, Roshid mengaku bisa menjual hingga 20 bal jipang dan juga kerupuk. Dan uang yang dikantongi bisa mencapai hingga Rp500 ribu, " itu termasuk modal, sebesar Rp300 ribu, keuntungan ini cukup membantu ekonomi keluarga," tambahnya.

Lulusan Madrasah Ibtid'iyah ini bercerita, ia menjadi pedagang asongan sejak kelas 6 madrasah ibtidaiyah. Kalau tidak ada kegiatan dirinya bersama beberapa tetangga berdagang di pasar dan kereta api. "Terkadang di sini (Rejoso Peterongan), kalau Senin sering ke Cukir, Diwek," bebernya.

Tidak hanya Roshid, para pedagang dari luar Jombang juga memiliki minat yang sama. Seperti yang ada yang mengomando, mereka berdatangan tiap ada pengajian tarekat yang banyak digelar di pesantren-pesantren. "Saya hanya berjualan tas untuk ibu ibu," ujar Susiadi (55), pedagang tas asal tanggulangin Sidoarjo.

Dengan harga antara Rp15 ribu hingga 25 ribu, Susiadi mengatakan bisa menjual antara 20 bahkan lebih tas yang dibawanya. "Biasanya bisa Rp400 ribu, kalau musim panen bisa lebih hingga Rp500 ribu pendapatan," imbuhnya.

Dari pantauan di lokasi, puluhan pedagang tampak menjajakan dagangannya, mulai makanan ringan, tas, kipas bambu, hingga tikar plastik yang banyak diminati jamaah tarekat sebagai alas untuk mengikuti wirid dan doa. Mereka bersila di sepanjang jalan menuju kawasan masjid pesantren Darul Ulum Peterongan.

Puluhan pedagang makanan dadakan, atau pedagang kaki lima tidak kalah banyak. Puluhan pedagang makan siap saji ini terlihat memenuhi jalan, sehingga jalur menuju lokasi digelarnya kegiatan tarekat pimpinan KH Dhimyati Romly nyaris macet, dan harus ditempuh dengan merayap. "Putaran ekonomi di jamaah tarekat potensinya sangat besar, kalau dihitung bisa ratusan juga setiap ada kegiatan," ujar Agus Mahfudzin, salah satu Dosen Unipdu.

Hal ini lanjut dosen muda ini menambahkan, ribuan jamaah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur bahkan luar Jatim dengan menggunakan kendaraan serta kebutuhan makanan  yang dibutuhkan. "Besarnya putaran eknomi bisa dilihat mulai dari sewan kendaraan oleh rombongan, belum makanan yang dibutuhkan saat mengikuti kegiatan serta peralatan seperti tikar sebagai alas dan lainnya," pungkas Agus yang juga sekretaris PC ISNU Jombang ini.

Seperti diketahui, jumlah jamaah atau pengikut Thariqat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah Rejoso Peterongan Jombang mencapai ratusan ribu. Mereka datang dari berbagai daerah. (Muslim Abdurrahman/Mahbib)