Nasional

FKDMI Ajak Para Dai Berdakwah dengan Narasi Toleransi

Ahad, 22 Desember 2019 | 03:30 WIB

FKDMI Ajak Para Dai Berdakwah dengan Narasi Toleransi

Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) mengajak para dai untuk berdakwah dengan narasi toleransi.

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) Mohammad Nur Huda mengatakan, kondisi bangsa Indonesia yang kian terancam dari paham radikal dan gerakan intoleransi sudah seharusnya dicarikan solusi konkret agar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh dan kokoh. 

"Maka kebutuhan saat ini adalah menguatkan pilar-pilar dakwah dengan narasi nilai-nilai toleransi,” katanya pada Halaqah Dakwah dan FKDMI Award dalam rangka Peringatan Harlah ke-24 FKDMI di Hotel Bintang, Jakarta Pusat, Sabtu (21/12).

Dalam kegiatan bertemakan ‘Implementasi Nilai Kebangsaan di Kalangan Generasi Muda dalam Menangkal Radikalisme dan Intoleransi dalam Dunia Dakwah’ tersebut, Huda menuturkan bahwa sebagai dai muda, FKDMI merasa terpanggil untuk turut serta meneguhkan kembali nilai-nilai toleransi dalam rangka melawan gerakan radikalisme dan intoleransi. 

“Sebab ancaman tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dan berdampak pada perpecahan antar umat dan warga negara Indonesia,” ujarnya.

FKDMI, lanjutnya, dituntut untuk mengembangkan sistem dakwah yang lebih masif, efisien, dan efektif untuk ikut menyelesaikan ancaman radikalisme dan intoleransi di tengah-tengah masyarakat.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan, seorang dai harus memberikan ikhbar yang baik dan menetapkan nilai-nilai keunggulan islami.

"Dai adalah mandat kekhalifahan yang ada pada diri kita semua. Seorang dai harus menempatkan posisi di ruang terbuka, bukan ruang hampa sesuai dengan kondisi yang ada," tutur Niam dalam sambutannya.

Niam menambahkan, dalam menangkal radikalisme para dai muda perlu menggelorakan dakwah yang positif, termasuk dengan memanfaatkan media sosial (medsos). "Memberikan gambaran yang positif adalah hal yang wajib dilakukan oleh kalangan dai muda di FKDMI khususnya, dan pemuda seluruh Indonesia pada umumnya," tutur Niam.

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menuturkan, secara teologi menata pemikiran untuk menangkal radikalisme bukan hanya berteriak di jalanan dan ruang hampa. Akan tetapi, lebih kepada bagaimana memberikan penjelasan dan pendampingan secara syar’i yang jelas dengan mengarah pada kepentingan dan kebutuhan masyarakat hingga lapisan bawah.

Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Muhammad Fuad Nasar menjelaskan, dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia, agama dan negara adalah dua aspek yang saling mengokohkan. 

"Agama merupakan fondasi moral bagi keselamatan negara sedangkan kekuasaan negara adalah penjaga supaya agama senantiasa tertanam kuat dalam kehidupan para pemeluknya," tuturnya. 

Karena itu, Fuad mengajak semua pihak untuk memahami dan meresapi kembali pemikiran para pendiri republik ini tentang relasi agama dan negara. Menurutnya, radikalisme berbasis agama bukan satu-satunya ancaman bagi demokrasi dan negara kesatuan di masa datang.

"Di antara masalah yang dihadapi bangsa kita dewasa ini ialah radikalisme berbasis agama. Salah satu strategi menyelamatkan Indonesia dari radikalisme berbasis agama ialah mengembangkan moderasi Islam dan moderasi di kalangan agama-agama lain juga," urainya.
 
Editor: Muchlishon