Jakarta, NU Online
Kurikulum madrasah di Indonesia yang tidak hanya menyandarkan diri pada mata pelajaran umum, tetapi juga basis pengetahuan keagamaan yang kuat menjadikan Filipina tertarik. Ketertarikan Filipina ini ditindaklanjuti keinginan mereka untuk menerapkannya.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama M. Isom Yusqi dalam jumpa pres, Jumat (23/3) di Kantor Kemenag Jalan Lapangan Banteng, Jakarta.
Isom menjelaskan, Filipina menilai kurikulum madrasah di Indonesia mampu mengintegrasikan berbagai keilmuan, mengikuti perkembangan zaman, dan siswa madrasah juga memiliki pandangan moderat sehingga mereka melirik.
“Ini bagian dari pengembangan kurikulum madrasah di luar negeri. Bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, kurikulum Islam moderat yang diusung madrasah menjadi ketertarikan sendiri bagi Filipina,” ujar Isom. Turut hadir dalam jumpa pers ini Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag, Mastuki Hs.
Bagi Filipina, kurikulum moderatisme Islam tersebut tidak lepas dari benturan sosial yang terjadi di Filipina akibat pandangan keagamaan. Hal ini ditunjukkan dengan kontak senjata yang terjadi antara pemerintah dengan kelompok yang berafiliasi dengan terorisme di Marawi.
Bahkan menurut Isom, kurikulum madrasah tidak hanya dilirik Filipina, tetapi juga Malaysia dan Singapura dengan dasar problem pandangan keagamaan yang tidak sesuai dengan karakter Islam di Nusantara.
“Lingkup Nusantara itu kan negara-negara di ASEAN. Tradisi dan pandangan keagamaan antar-negara di ASEAN itu sebetulnya sama. Namun sedikit mengalami pergeseran sehingga mereka perlu mengadopsi kurikulum pendidikan keagamaan dari Indonesia,” ucap Guru Besar IAIN Ternate ini.
Ketertarikan Filipina ini juga ditambah dengan problem kelompok Muslim di Moro, Filipina. Kelompok ini beberapa kali melakukan gerakan sparatis dan ingin memisahkan diri dari Filipina.
Namun, belakangan kelompok Muslim ini menginginkan otonomi khusus dan berupaya menjadi gerakan sosial, bukan lagi gerakan kelompok bersenjata.
Untuk itu, gerakan yang menamakan diri Moro Islamic Liberation Front (MILF) menyambangi PBNU untuk memperdalam Islam moderat dan gerakan sosial-kemasyarakatan pada Januari 2018 lalu. (Fathoni)