Nasional

Festival Kebhinekaan, Memperkuat Toleransi dan Merayakan Keberagaman

Kam, 20 Februari 2020 | 08:30 WIB

Festival Kebhinekaan, Memperkuat Toleransi dan Merayakan Keberagaman

Penyelenggara Kegiatan Festival Kebhinekaan Ira Latif saat menyampaikan sambutan di Pembukan Festival Kebhinekaan di aula Griya Gus Dur di Jalan Amir Hamzah Jakarta Pusat, Kamis (20/2) siang.

Jakarta, NU Online

Toleransi antar umat beragama, sangat penting bagi bangsa Indonesia. Sebab hal itu merupakan perekat bagi Indonesia yang dihuni oleh beragam agama, suku, dan budaya. Tanpa menjunjung toleransi, maka sesungguhnya Indonesia berada dalam ancaman perpecahan.

 

Itulah yang melatarbelakangi Khairiyah Indonesia untuk menggelar Festival Kebhinekaan III di aula Griya Gus Dur, Jalan Amir Hamzah, Jakarta Pusat Kamis-Sabtu (20-23/2).

 

Menurut penyelenggara kegiatan, Ira Larif, Festival Kebhinekaan III adalah sebuah festival untuk merayakan keberagaman Indonesia dan memperkuat toleransi. Festival tersebut dikemas melalui ragam kegiatan yang rileks dan menyenangkan.

 

Dikatakannya, Festival Kebhinekaan kali ketiga ini digelar Khairiyah Indonesia dalam rangka merawat keberagaman suku agama di Indonesia. Dalam festival itu panitia menawarkan ragam kegiatan menarik, mulai dari wisata rumah ibadah lintas agama, pemutaran film, dan diskusi.

 

"Ada juga kegiatan pameran foto, inspiring talk, millenial talks yang di dalamnya mengenal lebih dekat para penganut agama yang berbeda," tutur Ira kepada NU Online, Kamis (20/2).

 

Selain itu, ada yoga rahmatan lil’alamin, meditasi cinta kasih, dan refleksi lintas iman. Setelah kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan persaudaraan sesama anak bangsa.

 

"Nanti juga akan ada kunjungan ke Pojok Gus Dur, dan semuanya gratis kami buka untuk umum," katanya.

 

Untuk diketahui, Festival Kebhinekaan sendiri rutin dilakukan dalam ramgka memperkuat keragaman. Latar belakang kegiatan terinspirasi dari filosofi Bhinneka Tunggal Ika.

 

Bhineka Tunggal Ika sendiri berasal dari filosofi Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mengrwa yang dilembagakan dalam tata pemerintahan dan menjadi ideologi Majapahit.

 

Jaminan kebebasan beragama tersebut mampu meredam konflik internal antara pemeluk agama Buddha dan Syiwa, sehingga dengan persatuan Majapahit bisa membangun imperium dunia pada abad ke-14.

 

Filosofi tersebut indah karena tidak hanya menjamin kesetaraan dalam kebhinekaan agama, tetapi juga suku, ras maupun golongan di Indonesia, karena agama sering melekat dengan ketiganya.

 

Kontributor: Abdul Rahman Ahdori

Editor: Aryudi AR