Nasional

Federasi NKBA Sarbumusi Dorong Pemerintah Ciptakan Budaya Kerja

NU Online  ·  Rabu, 1 Oktober 2014 | 10:02 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Pusat Federasi Pekerja Niaga, Keuangan, Bank dan Asuransi (PP FNKBA) Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) Nahdlatul Ulama mendorong pemerintah, pengusaha dan buruh untuk bisa mewujudkan budaya kerja yang baik.
<>
Hal itu ditegaskan Sekretaris Jenderal (Sekjen) FNKBA Ayi Fahmi usai Diskusi Publik yang mengusung tema “Industri Kreatif Mendongkrak Kebangkitan Bangsa” di Gedung PBNU, Jl.Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, Rabu 1 Oktober 2014.

“FNKBA meminta kepada pemerintahan Jokowi-JK untuk bisa mewujudkan corporate culture. Tidak hanya bagi para pekerja saja. Tetapi para pengambil keputusan di perusahaan maupun aparatur birokrasi. Dan ini sejalan dengan visi besar Jokowi melalui Revolusi Mental,” tegas pria yang akrab disapa Fahmi ini.

Ia menjelaskan, seharusnya Indonesia bisa lebih maju dari negara-negara di kawasan Asia. Faktanya, Fahmi melanjutkan, kita selalu menjadi pasar sekaligus pangsa potensial bagi produk-produk luar negeri.

“Contoh di Jepang, melalui budaya (tradisi) ‘samurai’, baik pekerja, pengusaha dan pemerintah bisa saling menghargai sekaligus bisa mendorong etos kerja di seluruh lini. Apa dampaknya? Potensi ini mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi,” urai Fahmi.

Sayangnya, Fahmi menyesalkan, teramat banyak kepentingan politik yang membuat runyam hubungan tripartite berjalan harmonis. Satu sisi, pengusaha menilai kelompok (organisasi) pekerja cenderung politis, radikal bahkan selalu mengutamakan hak-haknya.

Sisi lain, pekerja merasa pengusaha tidak pernah mendengar aspirasi dan memperlakukan buruh secara manusiawi. Sementara itu, pemerintah sepertinya sulit membuat solusi yang tersistem. Alhasil, baik buruh maupun pengusaha mencari jalan sendiri-sendiri.

“Bila ingin mewujudkan budaya kerja yang baik, kita bisa mencontoh Google. Perusahaan penyedia data terbesar di dunia itu memahami dan mengaplikasikan budaya kerja secara tersistem. Bagaimana pekerja merasa menjadi bagian dari perusahaan dan perusahaan pun memperlakukan pekerjanya secara manusiawi. Bahkan di Google itu disediakan ruang khusus curhat, sesama pekerja atau pekerja dengan atasannya,” ulas Fahmi.

Sebab itu, FNKBA berharap, pemerintahan baru bisa menciptakan budaya kerja yang tersistem. Pasalnya, Fahmi meyakini budaya saling menghormati, menghargai dan kekeluargaan merupakan jati diri bangsa Indonesia.

“Ini memang tidak mudah bagi pemerintahan Jokowi-JK. Tetapi saya yakin itu bisa diciptakan melalui berbagai instrumen yang ditawarkan pemerintah sebagai mediator atau pengusaha sebagai wahana pekerja mencari nafkah. Nah, potensi itu bisa diawali dari sektor industri kreatif, karena metode pengelolaan usahanya tidak begitu kaku dan independen,” tutup Fahmi. (Red: Abdullah Alawi)