Jakarta, NU Online
Serangkaian proses yang harus diikuti para peserta agar bisa kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir, seperti mengumpulkan berkas persyaratan dan mengikuti ujian lisan dan tulis telah dilalui. Kini, para peserta menunggu hasil dari usahanya: lolos atau gagal.
Namun, bagaimanakah para peserta saat berjuang mengurusi persyaratan-persyaratan agar keinginannya untuk kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir terwujud?
Peserta asal DKI Jakarta, Muhammad Al Fatih Mubarok (17), Kamis (28/6) menceritakan, awal mula dirinya mengetahui informasi beasiswa kuliah di Universitas Al-Azhar, Mesir itu dari instagram dan website resmi PBNU, NU Online. Mengetahui hal itu, ia langsung mendaftar.
Ia mendaftar melalui PBNU karena diri dan keluarganya termasuk pencinta Nahdlatul Ulama. "Karena saya suka dengan NU sih. Dari keluarga juga NU," jelasnya.
Seusai mendaftar, ia pun langsung mengurusi persyaratan yang ditentukan panitia, seperti semua berkas terjemahan dalam bahasa Arab yang harus dilegalisir oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Untuk persyaratan yang satu ini, ia mengaku cukup kerepotan.
"Persyaratan yang agak susah itu pas terjemahin berkasnya karena terjemah berkasnya harus legalisir Kemenkumham dan Kemenlu," ucapnya.
Fatih mengikuti proses seleksi ini mendapat dukungan penuh dari keluarganya. Oleh karena itu, ia sangat berharap bisa kuliah di Universitas Al-Azhar.
"Iya, karena kakek-nenek, paman-bibi belajar di Mesir, jadi dapat dorongan," katanya.
Di tempat yang sama, peserta dari Cirebon Subuki Ali Yasin (18) mengungkapkan, di antara ketertarikannya kuliah ke Universitas Al-Azhar karena sering mendengar cerita dari teman-temannya.
"Setelah berpikir-pikir, saya itu jadi pengen ke sana. Terus juga dari omongan temen-temen yang katanya banyak sekali pengalaman, baik dalam hal belajar atau lainnya. Terus di sana juga banyak ulama-ulama pengarang kitab gitu. Terus juga pengen ziarah," terangnya.
Ia mengatakan, proses mengurusi persyaratan-persyaratannya tidak mudah. Baginya, yang paling terasa adalah saat membikin paspor. "Pokoknya perjuangan banget," ucapnya diikuti tawa.
Sama halnya dengan Fatih, pria yang karib disapa Uki itu pun mendapat dukungan keluarganya untuk belajar di Mesir. "Sangat mendukung karena dari keluarga saya belum ada yang berangkat ke sana (Universitas Al-Azhar)," ucapnya. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)