Nasional

Fahri Shodiq, Dalang Cilik dari MTs Darul Qur’an Gunungkidul

NU Online  ·  Selasa, 8 Agustus 2017 | 22:15 WIB

Fahri Shodiq, Dalang Cilik dari MTs Darul Qur’an Gunungkidul

Fahri Shodiq (Foto: Humas Pendis).

Yogyakarta, NU Online
Dalang wayang kulit lazimnya dimainkan oleh orang dewasa. Namun kesenian yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga ini juga gandrung diperankan oleh anak-anak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Salah satunya Fahri Shodiq, siswa kelas VII (tujuh) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Qur’an Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. MTs Darul Qur'an sendiri merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Qur'an wal Irsyad Wonosari.

Ia tampil dalam salah satu pentas budaya dalam pembukaan Ajang Kreasi Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma) dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM), Senin (7/8) di Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Dalam penampilannya kali ini, ia membawakan lakon Gatotkoco Pupus Sayemboro.

Dipadu dengan musik gamelan yang juga dimainkan oleh para siswa madrasah di Yogyakarta, kedua tangan Fahri terlihat lincah dalam memainkan wayang kulit. 12.000 hadirin termasuk Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin serta para pejabat lain dibuat terkesima atas penampilan Fahri.

Masyarakat umum dan mahasiswa yang kebetulan berada di arena pembukaan juga langsung merangsek ke depan panggung utama untuk menyaksikan lakon yang dibawakan oleh seorang dalang cilik tersebut. Mereka menggelar tikar plastik yang dibeli dari penjual yang berkeliling di sekitar stadion.

NU Online berkesempatan menemui Fahri usai melakukan pementasan. Anak usia 14 tahun tersebut mengungkapkan bahwa dia suka sekali dengan ekstrakurikuler dalang dan wayang kulit di madrasahnya. Ia sendiri belajar bermain dalang sejak kecil.

“Saya belajar ndalang sejak umur tujuh tahun,” ujar Fahri kepada NU Online.

Belajar memerankan dalang bagi Fahri merupakan salah satu langkah menyalurkan hobinya. Apalagi bisa tampil di hadapan orang banyak yang menjadikan semangatnya terus membuncah dalam mendalami dunia pewayangan sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.

“Saya hobi bermain dalang dan senang sekali bisa tampil di depan Pak Menteri Agama dan teman-teman madrasah,” ungkapnya.

Dengan mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dan terselip sebuah keris di punggungnya, Fahri menyihir ribuan hadirin memabawakan lakon Gatotkoco tersebut. Lakon itu dibawakan oleh Fahri untuk menggambarkan sayembara (pertandingan) atau kompetisi yang sedang dilakukan oleh para siswa madrasah di ajang Aksioma dan KSM 2017.

Gatotkoco yang digambarkan sebagai ksatria cerdas, tangguh, baik, dan bertanggung jawab memberikan pesan kepada para siswa madrasah yang bertarung dalam ajang Aksioma dan KSM untuk mengedepankan sikap jujur, kerja keras, dan sportif dalam berlomba meraih prestasi.

Hal ini sesuai dengan tema Aksioma dan KSM 2017 yaitu Intelektualitas, Sportivitas, dan Integritas. Selain mengukuhkan kemampuan intelektualits siswa madrasah, tanggung jawab sportivita dan integritas juga harus dijunjung tinggi sebagai bagian dari perwujudan karakter bangsa.

“Selain berkompetisi, mereka berkumpul dari seluruh Indonesia untuk saling mengenal budaya dari daerah mereka satu sama lain sehingga tumbuh bukan hanya intelektualitasnya saja, tetapi juga integritas dari anak bangsa,” tegas Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam kesempatan yang sama. (Fathoni)