Nasional

Empat Alasan Gerhana Bulan Total 2018 Sangat Istimewa

NU Online  ·  Rabu, 31 Januari 2018 | 00:30 WIB

Empat Alasan Gerhana Bulan Total 2018 Sangat Istimewa

Ilustrasi (Youtube)

Jakarta, NU Online
Maklumat Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tentang Gerhana Bulan Total 2018 menyebutkan bahwa peristiwa gerhana berlangsung Rabu (31/1) petang.

Gerhana bulan total terjadi ketika keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Sinar matahari terhalangi oleh bumi karena bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama. 

Gerhana bulan total termasuk peristiwa alamiah yang tak ada sangkut pautnya dengan berbagai mitos klenik. Namun perlu dicatat, gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 merupakan peristiwa langka.

Para astronom atau ahli falak Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur merilis setidaknya empat keistimewaan pada gerhana bulan total kali ini yang sangat jarang ditemukan pada gerhana-gerhana sebelumnya. Keistimewaan itu antara lain ada pada kejadiaannya yang bersamaan dengan supermoon, rona bulan merah darah, visibilitas mudah, dan lamanya durasi gerhana.

(Baca juga: Penjelasan Seputar Sejarah dan Fiqih Gerhana)
1. Terjadi saat supermoon

Gerhana bulan 31 Januari 2018 bertepatan dengan posisi bulan berada di titik terdekatnya dengan bumi. Istilah astronominya perigee, atau lebih populer disebut supermoon. Dalam kondisi ini, purnama tampak lebih besar dari biasanya. 

Gerhana tersebut juga berlangsung di fase bulan purnama kedua pada Januari 2018 atau dikenal dengan istilah bulan biru (blue moon). Meskipun, rona bulan pada gerhana bulan total tersebut tidak berwarna biru. NASA menjuluki fenomena ini sebagai "super blue blood moon". 

Trilogi peristiwa bersamaan, yakni gerhana bulan total, supermoon, dan blue moon, adalah kejadian sangat langka yang bisa dijumpai pada 152 tahun yang lalu atau muncul lagi pada 152 tahun yang akan datang. Artinya, pengalaman menyaksikan fenomena tersebut (bila ada) maksimal cuma satu kali seumur hidup.

2. Tampak merah darah

Atmosfer bumi membiaskan cahaya merah matahari sehingga bulan tidak tampak gelap. Saat bulan berada persis di tengah umbra bumi, ia akan merona dengan warna merah kecokelatan. 

3. Visibilitas mudah

Gerhana bulan total kali ini juga bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai daerah, mulai dari Sabang sampai Merauke. Kemudahan visibilitas ini terjadi sejak awal hingga tengah malam, dengan atau tanpa teleskop. Tentu saja situasi ini berlaku ketika keadaan cuaca di lokasi pengamatan memang cerah.

4. Durasi gerhana

Keseluruhan gerhana tersebut berlangsung selama 3 jam 23 menit, tepatnya pada pukul 18:48:22 WIB sampai dengan 22:11:11 WIB. Sementara lama gerhana total adalah 1 jam 16 menit yang dimulai pada 19:51:42 WIB sampai dengan 21:07:51 WIB. Namun bila dihitung sejak awal gerhana penumbra peristiwa dimulai pada pukul 17:51:15 WIB.

Lembaga Falakiyah PBNU merinci, setelah gerhana penumbra fenomena alam ini berlanjut dengan gerhana bulan sebagian pada 18:48:27 WIB, awal gerhana bulan total (GBT) pada 19:51:47 WIB, pertengahan/puncak GBT pada 20:29:49 WIB, akhir GBT pada 21:07:51 WIB, akhir gerhana bulan sebagian pada 22:11:11 WIB, dan akhir gerhana bulan penumbra pada 23:08:27 WIB.

(Mahbib)