Tetabuhan dengan alat musik bedug dan beberapa kohkol (kentungan atau tongtong) yang biasa berada di samping masjid. Ngadulag artinya menabuh bedug dengan irama dulag.
<>
Uniknya, ngadulag tidak memiliki aturan khusus dalam menabuhnya. Tapi setiap penabuh berusaha menampilkan irama seenak dan seunik mungkin. Dalam pendengaran orang Sunda, secara umum, dulag berbunyi dulugdugdag.
Dulag hanya diperbolehkan saat bulan puasa. Biasanya ditabuh selepas tarawih dan saat membangunkan orang sahur. Dulag dilakukan semalam suntuk saat malam takbiran Lebaran Idul Fitri atau Idul Adha. Tidak hanya di masjid, kadang ngadulag dilakukan sambil mengarak bedug di jalanan.
Sebagai penghias lebaran, dulag jadi istilah yang disandingkan dengan pakaian baru dibeli. Misalnya sarung dulag, atau peci dulag. Artinya sarung dan peci yang baru dibeli.
Dengan demikian, dulag mengacu kepada keramaian. Ada peribahasa Sunda berbunyi “jauh ka bedug anggang ka dulag”. Artinya, tempat yang jauh dari bedug dan dulag yang mengisyaratkan kesepian.
Di daerah Banten, ada tradisi ngadu dulag, yaitu pertandingan memukul bedug antarkampung selepas lebaran. Yang paling tahan lama ngadulag dianggap sebagai pemenang.
Di wilayah Sukabumi ada Soldug, artinya solawat bedug. Irama dulag diiringi nyanyian solawat Nabi. Biasanya dipertunjukkan saat samenan (imtihan, atau kenaikan kelas) sekolah agama (madrasah diniyah). (Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua