Nasional

Dua Hal Ini Sebabkan Pengguna Media Sosial Jadi Korban Hoax

NU Online  ·  Jumat, 24 Maret 2017 | 07:01 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia Septiaji Eko Nugroho menyebut setidaknya dua penyebab seseorang menjadi korban informasi palsu atau hoax. Para korban umumnya kurang guyon dan kurang piknik.

"Seperti yang belum lama ini menimpa PT Pertamina. Ia merespon serius meme bahwa BBM gratis pada tanggal 29 dan 30 Februari," kata Septiaji saat menjadi pembicara dalam "Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama Media, OKP, dan Ormas" di Hotel Millenium, Jakarta, Kamis (23/3).

Mereka yang menjadi korban menunjukkan kurang guyon, sehingga jadi korban hoax dan dibully secara massif oleh netizen. Apalagi, responnya ditayangkan di website resminya.

"Untuk yang kurang piknik, lazimnya kurang banyak memahami keragaman di lain daerah. Akibatnya, cara pandangnya menjadi sempit," tegas Septiaji.

Saat ini konten provokatif cukup marak. Hal tersebut kerap dilakukan oleh orang-orang yang tidak siap keberagaman.

"Lepas dari itu, literasi yang rendah berbanding lurus dengan polarisasi masyarakat dan penggunaan medsos secara massif. Hoax pun mudah merebak," sesalnya.

Rendahnya literasi membuat masyarakat jarang melakukan pencekan atau klarifikasi berita, sebagian masyarakat yang menggunakan aplikasi WhatsApp, BBM, telegram, dan lain-lain tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengklarifikasi berita, ditambah polarisasi akibat proses politik, SARA, maka merebaklah berita palsu.

"Karenanya, edukasi literasi cukup penting. Bisa dimulai dengan tidak mudah men-share informasi. Hadirnya masyarakat kritis mesti kita upayakan. Dapat dimulai dari level SMA," tukasnya. (Hairul Anam/Alhafiz K)