Nasional

Derita Celebral Palsy Syndrome, Bocah 9 Tahun Hanya Berbobot 7 Kilo

NU Online  ·  Jumat, 13 Januari 2017 | 17:25 WIB

Derita Celebral Palsy Syndrome, Bocah 9 Tahun Hanya Berbobot 7 Kilo

Tim NU Care-LAZISNU di rumah Al.

Jakarta, NU Online
Di bawah terik matahari yang memanggang Ibu Kota pada Jumat 23 Desember silam, Slamet Tuhari, Yulia, dan Agus—ketiganya dari tim NU Care-LAZISNU—mendatangi sebuah rumah kontrakan di kawasan Paseban, Jakarta Pusat.

Kedatangan mereka hari itu adalah untuk menyerahkan bantuan uang tunai kepada salah seorang mustahik. Mustahik kali ini adalah seorang anak yang sedang sakit, sehingga NU Care berinisiatif untuk memberikan bantuan uang tunai.

Lepas pukul satu siang, tibalah mereka di kamar kontrakan mustahik yang terletak di lantai dua. Setelah mengucapkan salam dan menunggu beberapa saat, kami dipersilakan Wiwin Windrati (36), penghuni kontrakan tersebut, untuk masuk. 

“Kita datang ke sini untuk membantu Dik Al,” tambah Mbak Yulia.

Mbak Wiwin, ibu kandung Al, kembali menceritkan kepada Tim LAZISNU. Penderitaan Al bermula sejak sekitar tujuh tahun lalu, saat Al baru berusia dua tahun. Artinya Al kini telah berusia sembilan tahun. Umumnya pada anak usai tersebut, mereka sedang aktif bermain ceria dengan teman sebaya. Juga postur tubuh yang mulai tumbuh besar dan sehat. 

Hal itu tidak terjadi pada Al. Celebral Palsy Syndrome dan Microsepalus yang diidap Al, menyebabkannya berbeda. Diusianya yang sembilan tahun, berat badan  Al tak lebih dari 7 kilogram. 

Celebral Palsy adalah gangguan kesehatan yang memengaruhi gerakan dan postur tubuh. Hal tersebut berhubungan dengan cedera otak atau masalah perkembangan otak. Namun, Al juga mengalami persoalan pada jantungnya, di mana ukuran jantungnya sangat kecil sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Terdapat satu kasus Celebral Palsy pada satu juta anak di dunia. Artinya penyakit ini tergolong sangat langka.

Wiwin juga menuturkan, ia dan suaminya Indra Jaya, harus menyediakan obat kejang sedikitnya 8 tabung per bulan. Obat tersebut diperlukan agar Al dapat beristirahat. Obat harus diberikan setiap hari.

Wiwin menyimpan keinginan untuk merawat dan melakukan sebaik mungkin untuk Al. Selain tercukupi kesediaan obat, Wiwin dan suaminya berharap dapat mencukupi makanan Al berupa Sun bubur merah atau Quecker merah, dan mengontrol Al ke dokter jantung.

Sambil menahan tangis, Wiwin mengatakan harapannya untuk dapat mengajak Al melihat dunia luar, agar Al tidak bosan hanya di kamar kontrakan. Untuk itu ia membayangkan bisa menghadiahi Al sebuah kereta dorong agar bisa mengajak Al jalan-jalan.

Indra Jaya (40), suami Wiwin bekerja sebagai tenaga sales. Dengan biaya hidup yang tinggi, keluarga itu sangat memerlukan kepedulian masyarakat sekaligus pemerintah. 

NU Care-LAZISNU mengagendakan memberikan bantuan pembelian obat setiap bulannya, selain rencana pengadaan kursi dorong untuk Al. 

Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi meringankan beban Al, dapat menghubungi NU Care-LAZISNU di nomor 021-310 29 13 dan 0813-9800-9800. Kepedulian masyarakat, akan mengembalikan senyum yang telah lama hilang dari wajah Al. (Kendi Setiawan/Fathoni)