Kudus, NU Online
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mendorong semangat wirausaha di kalangan santri. Sejarah pesantren di Indonesia diwarnai dengan kemandirian ekonomi sehingga mampu melawan penjajahan yang diboncengi dengan kekuatan kapitalisme.
“Kemandirian ekonomi membuat seseorang terhormat, dan itu yang menyebabkan para kiai di daerah-daerah di Indonesia sangat dihormati. Santri sejati harus mandiri secara ekonomi,” kata Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora Asrorun Ni’am Sholeh saat membuka Lokakarya Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Pesantren/Pesantrenpreneur di Kudus, Jawa Tengah, pada Rabu (25/7).
Dalam sambutannya di hadapan 96 pemuda santri dari 24 pesantren se-Jawa Tengah, Ni’am mencontohkan sejarah berdirinya organisasi keagamaan seperti Nahdhatul Ulama (NU).
Dalam rilisnya yang diterima NU Online Ni'am mengatakan, sebelum NU dibentuk, organisasi yang didirikan terlebih dulu adalah Nahdhatut Tujjar, organisasi yang menghimpun para saudagar.
“Nahdhatut Tujjar didirikan oleh Kiai Wahab Hasbullah pada 1912, sebelum NU didirikan. Beliau saat itu berprofesi sebagai pedagang gula. Khittah kelahiran NU bukan hanya dari perkumpulan keilmuan, tetapi diawali dengan perkumpulan pedagang," ujarnya.
Dikatakan Ni'am, sejarah kewirausahaan merupakan sejarah awal dari organisasi santri dan ulama. Muhammadiyah pun demikian, Kiai Ahmad Dahlan adalah pedagang batik yang memiliki komitmen keislaman tinggi. Karenanya, predikat santri harus punya komitmen kewirausahaan.
“Sampai saat ini, cukup banyak pesantren di daerah yang menolak bantuan Pemerintah, karena khawatir adanya ketergantungan yang mempengaruhi independensi pesantren,” jelasnya.
Dengan sejarah santri yang demikian, kata Ni’am, maka Kemenpora ingin mendorong para santri mengembangkan relijiupreuner yang intinya adalah enterpreneur berbasis pada ilmu yang dimiliki oleh kaum santri itu sendiri, yakni ilmu agama.
"Jiwa kewirausahaan yang dilandasi oleh norma dan nilai keagamaan akan melahirkan wirausaha yang tangguh tetapi tetap memiliki kepedulian sosial. Dalam kekayaan ada zakat sebagai manifestasi tanggung jawab sosial", pungkasnya sambil tersenyum.
Kegiatan penumbuhan kewirausahaan santri ini dilaksanakan selama empat hari dan dilatih oleh praktisi ekonomi, pelaku usaha, motivator, serta dari regulator. (Red: Muiz)