Jakarta, NU Online
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia menggelar kuliah umum, Kamis (7/9) di Gedung Serba Guna Pegadaian Pusat Jakarta bertajuk Mendialogkan dan Meneguhkan Relasi Agama dan Budaya di Nusantara. Tahun 2017 ini, Bupati Kabupaten Purwakarta H Dedi Mulyadi didaulat sebagai pengisi kuliah umum.
Berpakaian serba putih dibalut peci hitam, Dedi Mulyadi memberikan salam dengan menyatukan kedua tangnnya kepada 500 mahasiswa UNU Indonesia beserta civitas akademika yang hadir memadati ruang acara.
Kang Dedi, sapaanya langsung menuju panggung utama didampingi Rektor UNU Indonesia (Unusia) Prof HM. Maksum Machfoedz dan Wakil Rektor III UNU Indonesia KH Mujib Qulyubi.
Sebelum orasi Dedi, Rektor Maksum memberikan sambutannya kepada para mahasiswa. Ia menjelaskan, kehadiran UNU Indonesia makin memperkuat eksistensi keindonesiaan karena di Unusia tidak hanya memperkuat keilmuan akademik tetapi juga kebangsaan, kebudayaan, dan cinta tanah air.
Pria yang juga Wakil Ketua Umum PBNU ini juga memotivasi para mahasiswa dengan meneriakkan slogan-slogan cinta tanah air di antaranya NU, NKRI harga mati, dan Pancasila jaya.
Ruh kebangsaan ini, menurut Maksum, yang nantinya makin memberikan karakter kuat bagi para mahasiswa untuk mengisi setiap dispilin ilmu yang menjadi bidangnya masing-masing.
Sementara itu, Dedi Mulyadi menyoroti kuatnya tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang menurutnya harus dikenali dan dipahami sebagai penguat peradaban Indonesia.
Dedi yang juga menggelontorkan beasiswa kepada 20 orang pemuda di Purwarkarta untuk kuliah dan belajar Kebudayaan Islam Nusantara di Pascasarjana UNU Indonesia ini menerangkan pentingnya kajian akademik peradaban Nusantara agar bangsa Indonesia maju dengan tetap pada identitas kebangsaannya.
“Ilmu dan peradaban Nusantara itu luas dan kaya, jangan sampai kita terus-terusan bergantung pada produk bangsa luar. Menurut saya inilah pentingnya keberadaan UNU Indonesia,” ucap Dedi.
Pria yang menjadikan seni, tradisi, dan budaya lokal sebagai pondasi tata kelola pemerintahannya di Purwakarta ini mengungkapkan, bangsa Indonesia wajib belajar berbagai kekayaan tradisi dan budaya Nusantara agar bangsa dan negara ini maju dengan tidak meninggalkan ruh kebangsaannya.
“Belajarlah seni Nusantara, tradisi pengobatan orang-orang Nusantara, arsitektur Nusantara, dan berbagai keilmuan ulama-ulama Nusantara. Jika tak dipelajari, tidak akan ada yang namanya kejayaan Indonesia,” tegas Kang Dedi.
Dedi juga membawakan orasinya dengan diselingi sejumlah humor sehingga ratusan mahasiswa terlihat santai tetapi tetap fokus menyimak pemaparan dirinya.
Usai memaparkan orasinya, Dedi Mulyadi mendapat cinderamata dari UNU Indonesia berupa lukisan dirinya. Lukisan berasal dari goresan pensil yang terlihat indah dan rapi tersebut merupakan karya dari salah seorang alumnus kampus yang dahulu bernama STAINU Jakarta ini. (Fathoni)