Surabaya, NU Online
Dalam pandangan sejumlah kalangan, perkembangan gerakan Islam ekstrim telah demikian meresahkan, termasuk di kampus. Mereka yang awalnya dididik di lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama, ternyata ketika kuliah justru menjadi penentang. Karenanya dakwah Aswaja di lingkungan perguruan tinggi harus kian diintensifkan.
Setidaknya inilah yang diingatkan KH Abdurrahman Navis saat memberikan sambutan pada halaqah mahasiswa kader Aswaja di Kantor PWNU Jatim, jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya. "Kendati telah lama belajar di sekolah NU, tidak ada jaminan ketika kuliah bisa tetap bertahan dengan Aswaja an-Nahdliyah," kata Kiai Navis, Ahad (5/3) pagi.
Direktur Aswaja NU Center PWNU Jatim tersebut kemudian menceritakan sebuah kasus yang menimpa salah seorang mahasiswa yang sejak pendidikan dasar dituntaskan di madrasah. "Akan tetapi saat dua tahun kuliah, ternyata keyakinannya berubah," tandas Wakil Ketua PWNU Jatim ini.
Hal tersebut dapat terjadi lantaran yang bersangkutan salah dalam memilih teman dan pergaulan. "Bayangkan, ditempa selama lebih dari 12 tahun di lembaga pendidikan NU, ternyata 2 tahun bisa berubah," kisahnya.
Sadar dengan kian beratnya dakwah Aswaja di lingkungan perguruan tinggi, Aswaja NU Center Jatim menyelenggarakan kegiatan halaqah untuk kalangan mahasiswa. "Yang kami undang juga mahasiswa dari kampus umum lantaran intensitas dakwah non Aswaja sangat mengkhawatirkan," kata dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.
Kiai Navis berharap, dari kegiatan halaqah nantinya akan ditemukan sinergi sekaligus strategi baru demi meneguhkan paham Aswaja di lingkungan mahasiswa dan kampus. "Karenanya mohon para peserta bersabar dan mengikuti kegiatan hingga rampung agar ditemukan strategi terbaik," tandas pengasuh Pesantren Nurul Huda Surabaya tersebut.
Pada kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini menghadirkan narasumber yakni Pembantu Rektor III Universitas Airlangga Surabaya, H Mochammad Amir Alamsjah. Juga Ketua PW Lembaga Perguruan Tinggi NU Jatim, Babun Suharto, serta dosen ITS Muhammad Mashuri. Kegiatan ini dipandu oleh Ustadz Fathul Qodir. (Ibnu Nawawi/Fathoni)