Corak dan Visi Islam Indonesia Cocok Pimpin Dunia
NU Online · Selasa, 13 November 2012 | 00:44 WIB
Jakarta, NU Online
Islam yang berkembang di Indonesia menghargai kebhinekaan dan hak asasi manusia memiliki posisi istimewa dalam era globalisasi. Pandangan Islam seperti inilah yang layak menjadi anutan karena tidak ada bangsa yang sekarang eksklusif menutup diri pada pihak lain.
<>
Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi berpendapat dengan penghargaan terhadap nilai universal, Indonesia layak memimpin dunia Muslim. Sikap moderat Islam Indonesia salah satunya karena menganut teologi Syafii yang menganut nilai tawassuth atau nilai tengah. Imam Syafii menyatakan “Pendapat saya benar, tapi mungkin salah, pendapat anda salah, tapi mungkin ada benarnya”. Tidak ada klaim pemutlakan kebenaran terhadap diri sendiri, tetapi terdapat pengakuan pilihan orang lain.
“Ini juga yang membantu tidak mati-matian mempertahankan labelling Islam untuk negara Indonesia. Indonesia negeri untuk umat Islam, tetapi kita menerima kehadiran Indonesia yang tidak secara formal menyebut dirinya negara Islam,” katanya dalam diskusi yang digelar oleh ISNU baru-baru ini.
Visi Islam Indonesia ini berbeda dengan yang diusung oleh para pengikut Islam fundamentalis yang memaknainya tak sekedar sosiologis, tetapi secara politik formal.
“Tuhan memerintahkan negara yang berkeadilan dan menegaskan, akan bertahan abadi pemerintahan yang berkeadilan, walau kafir dan akan runtuh sebuah pemerintahan yang dholim, meskipun Islam. Kata kuncinya keadilan. Ini norma yang inklusif, tidak memandang agama atau suku,“ paparnya.
Teruji Zaman
Dalam rentang sejarah yang panjang, Islam Indonesia juga telah menunjukkan kemampuannya bertahan menghadapi tantangan zaman. Pada masa penjajahan Belanda, terdapat upaya Kristenisasi yang kuat, tetapi ternyata kurang berhasil dalam misinya.
Selanjutnya, pada zaman Orde Lama, Komunisme tumbuh subur dengan dukungan kuat dari luar negeri baik secara politik dan militer, tetapi dalam waktu yang tak terlalu lama, sudah tergulung oleh zaman.
Pada masa awal Orde Baru, sekali lagi, Islam berusaha dilemahkan. NU dipangkas kakinya karena tidak boleh memiliki kepengurusan di tingkat basis dan para tokohnya diintimidasi, tetapi di akhir masa Soeharto, Islam malah tumbuh semakin subur.
“Tampaknya Islam ditakdirkan menjadi corak dasar kehidupan keberagamaan Indonesia. Peristiwa sejarah yang memojokkan Islam tidak mempan,” katanya.
Dalam konteks internasional, terdapat beberapa negara yang berpotensi memimpin dunia Islam. Pertama adalah Turki yang memiliki sejarah besar di masa lalu sebagai pusat pemerintahan Turki Utsmani. Sayangnya, Turki ingin dianggap sebagai bagian dari peradaban Eropa, yang berakar dan berlatar belakang Kristen. Jika ingin bergabung dengan Uni Eropa, ia harus menyesuaikan banyak aturan hukumnya dengan nilai-nilai Eropa yang dalam banyak hal tidak sesuai dengan karakter dasar Islam. Turki bersikap ambigu karena dengan gampang ditundukkan nilai-nilai Barat.
Selanjutnya adalah Iran. Satu-satunya negara Islam yang mampu mengembangkan nuklir sendiri, memiliki kualitas SDM yang bagus yang telah teruji sejak zaman dahulu. 70 persen Ilmuwan Islam zaman dahulu berasal dari Persia. Sayangnya teologi syiah yang dipegangnya menimbulkan resistensi luar biasa dari kelompok Sunni.
Saudi Arabia, bagi musim awam, memiliki keunggulan karena disana ada Haramain, tetapi untuk menjadi imamnya umat Islam di dunia, dibutuhkan banyak prasyarat berupa ekonomi, militer dan teknologi. Ekonomi Saudi hanya tergantung pada minyak bumi yang suatu saat akan habis sementara aspek lainnya, ia sangat lemah. Apalagi jika ada internasionalisasi kota Makkah dan Madinah, daya tawar Saudi akan semakin lemah.
Lalu, terdapat Malaysia, yang sekarang cukup maju secara ekonomi dan ilmu pengetahuan, tetapi terlalu kecil. Pakistan dan Bangladesh merupakan negara yang rapuh dengan permasalahan internal yang kompleks.
“Sekarang tinggal Indonesia. Jika lebih serius membangun, pasti berhasil. Kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa, penduduknya banyak, lokasinya yang strategis, ada pula energi panas bumi yang tidak pernah habis. Tinggal bagaimana kita mengelola potensi ini,” tandasnya.
Penulis: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
2
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
3
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
4
Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
5
Tak Bisa Mengelak Lagi, Negara Wajib Biayai Pendidikan Dasar Termasuk di Swasta
6
Mengenal Aplikasi Digdaya Kepengurusan yang Diluncurkan PBNU
Terkini
Lihat Semua