Contoh Semangat Rekonsiliasi Konflik Fathu Makkah
NU Online · Jumat, 18 Juli 2014 | 08:10 WIB
Cirebon, NU Online
Seusai berbeda pendapat dan pilihan, umat Islam harus bijak dan santun, terus menebar kasih sayang, menjaga kedamaian dan mengedepankan persatuan, seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam peristiwa Fathu Makkah abad 8 Hijriah silam.<>
Demikian pesan KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), saat menyampaikan taushiyah dalam peringatan 100 hari wafatnya Buya KH Ja’far Aqil di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Rabu (16/7).
“Umat Islam di Indonesia harus mencontoh semangat rekonsiliasi yang disampaikan Rasululullah dalam peristiwa Fathu Makkah, di mana dalam peristiwa tersebut, Nabi mengamanatkan kepada para sahabatnya untuk berkasih sayang dan saling memaafkan, bukan untuk melampiaskan dendam,” ungkap Kang Said.
Kang Said mengisahkan, saat Rasulullah hendak memasuki kota Mekah bersama 15.000 orang sahabatnya, ada satu sahabat yang mengeluarkan yel-yel berupa kalimat “Al-yaum yaumul malhamah” dengan makna “Hari ini adalah hari pembalasan”. Mendengar itu, Nabi langsung mencegah dan menyarankan untuk mengubah yel tersebut dengan lebih santun.
“Mereka memaknai Fathu Makkah sebagai hari pembalasan. Yang dulu melukai kita balas luka kembali, yang dulu menghina kita hina kembali, yang dulu membunuh kita bunuh, yang dulu menganiaya kita aniaya kembali. Kemudian nabi mengkoreksi bukan yaumul malhamah, bukan hari pembalasan, melainkan Al-yaum yaumul marhamah, hari kasih sayang, hari rekonsiliasi dan memaafkan,” jelas Kang Said.
Hikmah dari seruan Nabi Muhammad Saw tersebut, lanjut Kang Said, menjadikan kaum Quraisy bersimpati dan merasakan kedamaian yang menjadi prinsip agama Islam. Pada akhirnya, kafir Quraisy berduyun-duyun masuk Islam hingga agama rahmatan lil alamin tersebut menjadi kuat dan besar hingga sekarang ini.
“Untuk itu, kita sebagai umat Islam harus bisa saling memaafkan, bersikap santun, berkasih sayang, melupakan dendam, dan terus berkomitmen terhadap NKRI. Pemilihan presiden kemarin, meskipun tidak bisa diibaratkan sebagai perang, namun jangan sampai memecah belah bangsa Indonesia,” lanjutnya. (Sobih Adnan/Anam)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
Terkini
Lihat Semua