Nasional

Cinta Pesantren dan NU, Azizi Lahirkan 5 Buku

NU Online  ·  Selasa, 24 Desember 2013 | 18:00 WIB

Probolinggo, NU Online
Didasari rasa cinta pada Pesantren Zainul Hasan (Zaha) Genggong, Pajarakan dan rasa bangga menjadi warga Nahdlatul Ulama (NU), Drs. Abd Aziz Wahab, M.Ag, terus berkarya. Bahkan, kini pria yang juga kepala biro pendidikan di Pesantren Zaha itu, telah melahirkan lima buku. 

<>Menjadi kepala biro pendidikan di pesantren besar, menuntut pria yang akrab disapa Aziz ini, untuk terus membuka pikirannya. Caranya, memacu kreativitas dengan menulis buku. Melalui buku-buku hasil karyanya, pria yang mengabdikan diri di Pesantren Zaha Genggong sejak 1987 itu, berusaha membuka jendela pengetahuan para santri, alumni dan khalayak. 

Saking cintanya kepada pesantren yang berdiri pada 1839 itu, Aziz terus berusaha mengupas berbagai sisi soal Pesantren Zaha dalam karya-karyanya. Dimulai pada tahun 2011, Aziz menelurkan dua buku berjudul, Filsafat Pesantren Genggong dan Paradigma Pendidikan Pesantren. 

Tak berhenti di situ, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Zaha Genggong itu, terus berkarya. Pada tahun 2012, Aziz kembali melahirkan sebuah buku, dengan judul Kiai Sang Manajer. 

Lalu, pada tahun 2013, kandidat doktor (S3) di Universitas Merdeka (Unmer) Malang itu menelurkan dua buka lagi. Yakni, Administrasi Dan Manajemen Pendidikan, dan Filsafat Pesantren Genggong (edisi revisi). 

“Sebelumnya buku ini pernah diterbitkan, tapi kami cetak lagi (edisi revisi). Di edisi ini ada penyempurnaan dan tambahan,” terangnya kepada NU Online sambil menunjukkan buku Filsafat Pesantren Genggong, di ruang kerjanya di STAI Zaha Genggong, Kraksaan, Kamis (23/12). 

Buku itu memuat tentang nilai-nilai filosofis Pesantren Zaha dan kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Kedua nilai itu dirangkum agar mampu memberikan penguatan, pemahaman, dan jati diri para santri, alumni, dan masyarakat secara umum. 

BAB I mengupas tentang tentang latar belakang berdirinya Pesantren Zaha, hingga bagaimana pesantren dan majelis taklim mewujudkan masyarakat Islam. BAB II, berisi tentang filsafat sebagai struktur fundamental lembaga pendidikan dan filsafat sebagai analisis pengembangan pesantren. Serta, sistem analisis filsafat sebagai suatu metode atau cara berpikir secara reflektif tentang problematika pendidikan. 

Pria kelahiran 5 Agustus 1965 itu mengatakan, dalam bab itu, bukunya juga membahas tentang hubungan interaktif antara filsafat dengan pendidikan. “Untuk BAB III, tentang orientasi pada pembinaan karakter. Salah satunya terwujudnya Pesantren Zaha yang berkarakter Islami dan kebangsaan,” ujarnya. 

Kemudian di BAB IV dan BAB V, Aziz menjelaskan tentang Satlogi Santri dan Sembilan Budi Utama Santri. Satlogi Santri ini adalah nilai-nilai filosofis Pesantren Zaha yang dirumuskan almarhum Al Arif Billah K.H. Hasan Saifourridzall, pengasuh ketiga Pesantren Zaha. 

Menurutnya, selain menguasai ilmu pengetahuan, Satlogi Santri itu dirumuskan bertujuan agar para santri dan alumni memiliki identitas santri yang mampu mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga para santri dan alumni mampu menjadi teladan dan panutan umat dengan memberikan yang terbaik dalam kehidupan bermasyarakat. 

“Satlogi itu adalah sopan santun, ajeg (istiqamah), nasihat, takwallah, ridallah, dan ikhlas lilllahi taala,” ujar pria asal Desa Liprak Kulon, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur itu. 

Sementara, sembilan budi utama santri, dirumuskan oleh KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah,SH. MM, pengasuh keempat Pesantren Zaha Genggong yang juga Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur. Sembilan budi utama santri itu adalah takwallah, sopan santun, jujur, amanah dan disiplin. Lalu, tanggung jawab, cinta ilmu dan ibadah, menghormati guru dan orang tua, dan visioner. 

“Sembilan budi utama santri ini menjadi pegangan mahasiswa atau santri dalam menimba ilmu. Itu merupakan landasan pengembangan ilmu pengetahuan dan pembentukan jiwa santri pada semua satuan pendidikan,” jelasnya. 

Sedangkan di buku Kiai Sang Manajer, Aziz menjelaskan tentang betapa besar peran dan tanggung jawab K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H., M.M., sebagai pengasuh Pesantren Zaha dan Ketua Tanfidziah PW NU Jawa Timur. “Buku ini ditulis agar santri, alumni, dan masyarakat umum bisa tahu siapa beliau. Beliau adalah kiai yang memiliki jiwa yang luas dalam berdakwah dan dalam bidang pendidikan,” terangnya. 

Selain buku-buku tersebut di atas, Aziz mengaku masih ada empat buku yang belum diterbitkan. Meliputi, NU Membumikan Kiswah (Kajian Ahlussunnah Wal Jamaah); Meteorologi Pengajar Agama Islam; Berguru Kepada Sang Waliyullah dan Teori dan Praktik Kepemimpinan Spiritual. 

Mantan pengurus MUI bidang pendidikan Kabupaten Probolinggo itu mengaku, semua buku yang ditulis itu, juga berawal dari pesan moral yang disampaikan K.H. Moh Hasan Mutawakkil Alallah, kepadanya. 

“Saya banyak mendapatkan pesan moral dari beliau. Terutama di bidang pendidikan. Agar bisa membawa perubahan dan terus mengembangkan semua satuan pendidikan,” jelasnya. 

Selain menuangkan pemikirannya dalam buku, sebagai bentuk dedikasi dan pengabdiaanya kepada pesantren yang terletak di Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo itu, Aziz juga rutin mengunjungi semua satuan pendidikan di bawah Pesantren Zaha Genggong, saban Rabu dan Kamis, dengan tema “Membangun Motivasi dalam Meningkatkan Kinerja Guru, Dosen dan Staf Administrasinya”. 

“Ini merupakan kebijakan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, agar semua satuan pendidikan bisa melaksanakan administrasi dan manajerial yang sehat. Serta, kepemimpinan yang sehat. Sehingga bisa memberikan pelayanan yang prima, agar semua santri bisa merasa puas dengan sistem pendidikan yang ada di Pesantren Genggong,” katanya. 

Kebijakan itu, telah mengantarkan para santri meraih beragan prestasi. Bahkan, menembus level internasional seperti prestasi yang diukir di Afrika Selatan dan Korea Selatan, beberapa waktu lalu. Selain itu, banyak program unggulan yang terlaksana. Seperti, program kelas akselerasi (masa belajar hanya 2 tahun) di MA Model dan SMA Unggulan. 

“Kebijakan itu, juga berhasil mengantarkan lulusan SMA Unggulan, MA Model, SMA, dan MA regular kuliah di luar negeri. Begitu juga SMK Zaha telah melahirkan alumni yang terserap di banyak perusahaan, kantor, dan bengkel,” jelasnya. 

Selain itu, Stikes Hafsahawaty yang juga lembaga pendidikan di Pesantren Zaha, sampai saat ini telah melahirkan ratusan perawat dan bidan. Banyak dari mereka bekerja di berbagai rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. 

“Ada yang bertugas di Kota/Kabupaten Probolinggo dan luar kota. Seperti, di Papua, Lombok, Sulawesi, Batam, dan provinsi lain. Ada juga yang menjadi perawat di Timur Tengah,” katanya. 

Aziz menambahkan, pada semester awal, mahasiswa yang menempuh kuliah di pendidikan tinggi (STAI, STIH dan STIKES Hafshawaty) dibekali dengan mata kuliah filsafat Pesantren Genggong. “Tujuannya, mereka bisa mengenal dan mencintai Pesantren Genggong. Serta, membangun hubungan dengan para pendiri pesantren dan mengetahui nilai filosofis Pesantren Genggong,” katanya. 

Pesantren Genggong juga membekali semua santri dan mahasiswanya dengan empat kecerdasan. Yakni, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kinestetik. “Kecerdasan itu sebagai penyeimbang, agar santri, mahasiswa dan alumni menjadi manusia yang soleh dan penuh kebaikan dalam kehidupan. Baik itu dengan Allah SWT, maupun antar sesama manusia,” lanjutnya. 

Bagi yang ingin mendapatkan buku buku hasil karya Drs. Abd Aziz Wahab, M.Ag bisa datang langsung ke koperasi Al Karomah, STAI Zaha Genggong, Jl. Panglima Besar (PB) Jendral Sudirman 360, Semampir-Kraksaan. (Syamsul Akbar/Abdullah Alawi)