Nasional HARLAH KE-20 NU ONLINE

Cerita Tim IT Berjibaku Bangun Website NU Online yang Kini Berusia 20 Tahun

Sel, 11 Juli 2023 | 15:00 WIB

Cerita Tim IT Berjibaku Bangun Website NU Online yang Kini Berusia 20 Tahun

Kantor Redaksi NU Online. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

NU Online diresmikan pada 11 Juli 2003 silam. Kini, media yang Senin (10/7/2023) kemarin menyabet penghargaan Kasad Award 2023 itu tepat berusia 20 tahun. Situs ini awalnya dirintis dan digawangi oleh Abdul Mun'im dan Mohamad Syafi' Alielha atau Savic Ali serta sejumlah anak muda yang menguasai teknologi di era kepemimpinan Ketua Umum PBNU, KH Ahmad Hasyim Muzadi. Tiga orang tim IT tersebut ialah Iqbal Saryuddin Assaqty, Puji Utomo, dan Arydan Novanto Arnowo (Ovan). 


Iqbal ditugaskan membuat website NU Online, Puji sebagai programming sementara Ovan ditempatkan di bagian server dan security system. Ketiga awak ini ditugaskan mengeksekusi pembuatan website NU Online yang sebelumnya web server dikelola tim IT dari PT Bentul Biru Malang.


Iqbal menuturkan, sebelum diklaim PBNU, mulanya server NU Online dikelola oleh pihak Bentul dengan nama domain nu.or.id kemudian server dibeli Sumantri Suwarno (saat ini Bendahara PBNU). Setelah peralihan server melewati serangkaian proses dari coding sampai programming domain nu.or.id didaftarkan ulang ke pengelola nama domain internet Indonesia (PANDI).


“Saya fokus di teknis, servernya dibeli Mas Mantri. Desainnya kala itu masih flexi bola dunia munyer-munyer sekarang sudah enggak zaman,” Iqbal mengenang awal pembuatan website NU Online. 


September 2006, Pimpinan Redaksi NU Online Abdul Mun'im mengundang dua orang ahli IT, Puji Utomo dan Arydan Novanto Arnowo untuk membantu Iqbal mengelola website yang mengalami stagnan atau tidak ada akselerasi setelah dua tahun. Keduanya saat itu tengah bertugas di Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan. Pesantren yang dikelola oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. 


“Kita dipanggil ada kendala yang tak sesuai harapan sementara NU Online waktu didirikan modal awalnya tidak sedikit, kalau tidak salah lebih dari 1 miliar. Angka pastinya saya tidak ingat. Untuk servernya sendiri saat itu di bawah tim IT Bentul, namanya Intan Isworo karena dulu Ketua PBNU Hasyim Muzadi yang mengeksekusi atas ide ketua PBNU sebelumnya, Gus Dur,” tutur Ovan.


Abdul Mun’im minta dibuatkan terobosan baru untuk portal berita NU Online agar bisa menjadi media moderat dan tidak segmented. “Kita review semua sistemnya. Buat lebih ringkas dan lebih ringan. Butuh waktu berapa lama?” tanya Mun’im.


“Saya tidak bisa memastikan, yang jelas estimasi untuk sistem 1 bulan, tapi untuk website migrasinya sembari jalan,” jawab Ovan.


Ovan menyebut untuk menjalankan email, database, security system, NU Online punya ruang server di lantai 5 Gedung PBNU namun hanya ada dua rak server dengan 5-6 PC yang aktif padahal untuk menjalankan itu butuh banyak komputer server dengan basic system Microsoft Windows. 


“Bagaimana bisa menjangkau khalayak lebih luas ketika backend system kita tak mumpuni. Diakses 100 sampai 200 pengunjung saja server sudah semaput. Akhirnya, kita ajukan pakai open source jenis software yang terbuka untuk umum,” kata Ovan mengulang percakapan dengan Abdul Mun’im saat itu.


Ovan dan Puji kemudian mengajukan server NU Online diubah ke Front Page Linux, sementara bahasa pemrograman diganti dari ASP ke PHP untuk membuat website lebih dinamis. 


“Tapi kita tidak punya dana.” kata Muni'm. “Iya, kalau pakai open source kan gratis,” timpal Ovan.


Ovan, Iqbal, dan Puji menyanggupi permintaan Mun’im untuk melakukan terobosan baru dengan segala perangkat software dan hardware seadanya. Ketiganya, terus memutar otak agar server bisa berjalan cepat dengan keamanan yang cukup dan bahasa pemrograman yang ringan meski dana tak mencukupi. Tidak memasang iklan web, tidak pakai donatur.


“Akhirnya dari 5-6 server yang ada di lantai 5, saya gabung jadi 1 server dengan sistem Linux yang full costum dan saya bikin sendiri. Iqbal dan Puji membantu membuat layout baru untuk web.” 


“Kita juga mulai memikirkan cara search engine bisa cepat dengan beberapa kata kunci supaya tetap di urutan paling atas,” kata Puji, programmer NU Online.


Tahun 2007, NU Online mulai dilirik. Per bulan pengakses NU Online capai 10.000 hingga 15.000. Tim mulai mengimprovisasi bagaimana memaksimalkan sistem yang akan dibeli dengan budget terbatas. (Saat ini pengakses NU Online mencapai 6 juta per bulan).


Persoalannya, tidak banyak warga NU yang punya portal berita NU Online. Seluruh kru NU Online berembug mencari cara agar portal berita NU Online dikenal warga NU di berbagai daerah disepakatilah turun gunung gelar sosialisasi di sejumlah daerah. 


“Saat saya presentasikan website NU Online kepada pengurus NU pakai infocus. Loh... kok ngeblur enggak jelas lalu kita tutup dan dialihkan ke laptop. Anehnya, tampilannya malah lebih bagus di laptop, kami pantengi terus semakin bagus. Kami putuskan presentasi pakai laptop saja,” ucap Iqbal.


Tahun 2010, saat penyelenggaraan Muktamar NU di Makassar trafik NU Online mulai naik karena pengunjungnya banyak yang akses hal itu sempat membuat server down. Rampung muktamar website NU Online mulai di-upgrade. Mulai tahun 2010 sampai 2022, NU Online ganti unit server mengingat pengunjung bertambah per bulan capai 2 juta.


Masif serangan hacker 

Persoalan lain muncul ketika website NU Online diserang hacker. Serangan yang datang pun beragam, meski tipe serangan sama namun caranya lebih canggih. Dulu lebih banyak menyerang tampilan website, mencari kelemahan dari pemrograman. Modelnya bye device sekarang level detox atau membanjiri server dengan trafik palsu seolah-olah banyak pengaksesnya. Apalagi jika isu yang ditampilkan terkait politik, pembacanya membludak.


“Jadi dulu ada kontributor wawancara ke almarhum Gus Im adiknya Gus Dur. Judul beritanya PKS Mainan Baru Amerika wah..tiga hari enggak tidur diserang terus servernya. Kami bertiga harus standby karena bahaya kalau ditinggal. Khusus berita itu puluhan ribu pembaca dalam satu hari.”


Cerita lain disampaikan Puji. Puji mengemukakan, beragam serangan dari berbagai negara membuat server selalu down sementara kapasitas server terbatas apalagi sekarang NU Online makin terkenal sering dihujani serangan. Karena banyaknya serangan ini beberapa kiai pasang badan menawarkan bantuan. 


“Kalau butuh keamanan lebih, nanti biar Banser yang berjaga," kelakar Puji.


“Karena kita kalau sudah jaga-jaga seperti itu kayak jaga perumahan. Jadi, saya sama Ovan jarang tidur khawatir kalau malam server down enggak ada yang tahu. Jadi kalau sudah down iya kita hidupkan lagi. Standby terus karena masifnya serangan itu rata-rata malam,” imbuh Puji.


Apalagi mendekati hari raya idul fitri menurut Puji, pengakses NU Online membludak sebab menunggu hasil keputusan 1 Syawal dari PBNU. Puji bercerita setiap kali mendekati hari raya ia dan rekannya jaga kandang memilih tak mudik lebaran sebab jika server sering down, rating di google akan turun sementara untuk mencapai rating paling atas itu sulit.


“Ada satu redaktur dan tim IT yang setiap mendekati hari raya enggak pulang. Itu bergantian lebaran kali ini saya, lebaran depan baru Ovan. Kalau lihat pengunjung web banyak, iya kita pantengin terus,” bebernya.


Perkembangan NU Online

Puji mengatakan awal mula dirintis, server NU Online dikhususkan untuk website dan email saat ini sudah merambah ke aplikasi. Jika dulu lokus utama menyeimbangkan situs keagamaan, kini semua sudah terlampaui dan sudah sejajar dengan situs berita umum. 


"Target saat ini dengan situs umum begitu pula dengan ragam konten yang disajikan spesifik konten keagamaan sekarang mengembangkan beragam aplikasi untuk mempermudah kebutuhan nahdliyin misalnya amalan NU," jelasnya.


Salah satu program yang terealisasikan adalah hadirnya subdomain di setiap daerah dan wilayah yang terhubung terintegrasi satu sama lain. Program ini bagian dari cita-cita tim IT sejak dulu untuk meningkatkan rating di google.


Iqbal mengaku takjub dengan perkembangan NU Online hari ini. NU Online yang mulanya diprediksi bertahan 3 bulan bisa semakin canggih dan dikenal banyak kalangan. Arsitekturnya semakin lebih modern, namun perlu beberapa perbaikan sistem melihat trafik NU Online semakin tinggi dan pengunjungnya bertambah.


“Kapasitas dan security jadi resiko keamanan itu ada dan skenarionya berbeda dengan saat pertama kali dibuat. Variasi serangan sekarang semakin banyak makanya kita harus menyiapkan sistem dan pertahana agar lebih baik lagi,” jelasnya.


Harapan untuk NU Online

Iqbal berharap NU Online menjadi pusat IT warga NU. Tak hanya mengelola website, email, aplikasi mobile NU Online tapi melaju sebagai sistem informasi manajemen NU, agar NU lebih modern. 


“NU Online punya potensi lebih banyak security-nya untuk NU. Misal untuk membership dan office supaya administrasi perkantoran NU lebih rapi. Nantinya masing-masing divisi terpusat semua di NU Online,” katanya.


Harapan yang sama diungkapkan Puji. NU Online tak hanya milik organisasi NU saja tapi bisa menjadi rumah teman-teman IT yang punya kultur NU.


“Orang-orang yang jago IT di luar NU beberapa telah membantu kita cuma tidak terlihat mereka membantu di level security. Ke depan perlu mengumpulkan orang-orang IT dari NU agar kita punya tim yang lebih solid dan besar,” harapnya.


Ovan berharap NU Online istiqomah berdakwah melalui media digital serta fokusnya bukan sebagai bisnis. Karena dari awal NU Online didirikan bukan sebagai mesin uang. “Visi misi NU Online jadi media moderat, tidak ke kanan atau ke kiri,” pungkasnya. 

 

Untuk meningkatkan perkembangan dan perluasan produk digital, NU Online menggaet anak-anak muda santri yang memiliki kompetensi di bidang IT.

 

Selain website, Tim IT NU Online sejak 2021 telah mengembangkan aplikasi super atau Super App yang mewadahi layanan sejumlah ubudiyah, arah kiblat, tasbih digital, list ziarah makam ulama, kalkulator zakat, zakat, donasi, ensiklopedia NU, Al-Qur'an digital, dan lain sebagainya.

 

Hingga saat ini, NU Online sudah pernah dinakhodai empat orang Pemimpin Redaksi (Pemred), yaitu Abdul Mun'im DZ (2003-2010), Savic Ali (2010-2015), Achmad Mukafi Niam (2015-2021), dan Ivan Aulia Ahsan (2022-sekarang).

 

Kontributor: Suci Amaliyah