BI Bantu Pengembangan Bisnis Syariah di Pesantren
NU Online · Kamis, 5 Februari 2015 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Bank Indonesia (BI) bersiap membantu pengembangan bisnis syariah di lingkungan pondok pesantren dalam upaya mewujudkan kemandirian ekonomi lembaga pendidikan Islam yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air itu.<>
"Beberapa pesantren sudah diidentifikasi sebagai pilot project. Pada tahap awal akan dimulai di beberapa pesantren yang sudah memiliki model bisnis seperti Pesantren Al Ittifaq di Jawa Barat dan Pesantren Sidogiri di Jawa Timur," kata Pelaksana Subdit Pendidikan Pesantren Kementerian Agama RI, Mohammad Zen di Jakarta, Rabu.
Mohammad Zen mengemukakan keterangan tersebut usai bertemu dengan Direktur Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Indonesia Yunita Resmi Sari di Jakarta.
Ia menjelaskan, pertemuan dengan pihak BI itu merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara Kementerian Agama dengan BI yang ditandatangani oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin dan Gubenur BI Agus DW Martowardojo pada 5 Nopember 2014 di Surabaya.
Nota kesepahaman tersebut berisi tentang pengembangan kemandirian ekonomi lembaga pondok pesantren dan peningkatan layanan non tunai transaski keuangan di lingkungan Kementerian Agama.
Saat ini pihak Bank Indonesia sudah merancang beberapa kegiatan untuk memulai pengembangan bisnis tersebut. Salah satunya adalah menyusun model dan memetakan bisnis proses dari beberapa pondok pesantren yang akan menjadi proyek percontohan.
BI juga sedang mengidentifikasi berbagai transaksi di lingkungan Kementerian Agama untuk dikembangkan menjadi transaksi non tunai.
Di sisi lain Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren berperan mengidentifikasi potensi pondok pesantren yang bisa dikembangkan sebagai model pengembangan bisnis syariah.
Salah satu pondok pesantren yang sudah berhasil mengembangkan bisnis perbankan syariah adalah Pondok Pesantren Sidogiri di Jawa Timur.
Pondok pesantren tersebut mengembangkan koperasi dan Baitul Mal waTamwil (BMT) di beberapa provinsi. Sampai tahun 2013 pondok itu telah mengoperasikan 80 kantor pelayanan koperasi dan 322 kantor pelayanan BMT dengan total asset mencapai Rp1,3 trilyun dan kas senilai lebih dari Rp 7 trilyun.
Sementara pondok pesantren Al Ittifaq di Jawa Barat yang bergerak dalam bidang agribisnis, saat ini telah mampu memasok tiga sampai empat sayuran ton setiap hari ke berbagai supermarket, restoran, hotel, dan rumah sakit di Bandung serta Jakarta.
Pesantren Al Ittifq kini mengelola 14 hektar lahan dengan 132 macam sayuran organik dan semiorganik yang dikelola 326 santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebelumnya BI juga sudah menjalin kerjasama untuk pengembangan kapasitas dan usaha dengan 17 pondok pesantren di beberapa daerah di Jawa Timur. (antara/mukafi niam)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua