Nasional

Berkunjung ke PBNU, Menkes Budi Ungkap Solusi Atasi Problem Penuhnya RS Covid-19

Jum, 8 Januari 2021 | 06:00 WIB

Berkunjung ke PBNU, Menkes Budi Ungkap Solusi Atasi Problem Penuhnya RS Covid-19

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dalam lawatannya ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Kamis (7/1) petang. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Dalam lawatannya ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Kamis (7/1) petang, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin diberikan berbagai pertanyaan dan pernyataan dari para pengurus harian PBNU terkait persoalan Covid-19. 


Salah satunya adalah soal penuhnya rumah sakit untuk merawat pasien Covid-19. Hal tersebut ditujukan agar Menkes yang baru bekerja tujuh hari setelah serah terima jabatan itu, dapat memberikan solusi.


Pertanyaan mengenai persoalan itu diajukan Ketua PBNU Bidang Kesehatan Syahrizal Syarif. Menurutnya, saat ini rumah sakit sudah penuh. Bahkan Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan koridor-koridor rumah sakit penuh.


“Saya kira nanti pasien boleh bawa tempat tidur sendiri atau kasur lipat. Karena tidak mungkin lagi mau ditaruh di mana mereka (pasien Covid-19)? Itu sudah terjadi sekarang. Pasien di beberapa rumah sakit hanya bisa duduk di kursi saja,” ungkap Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) ini. 


Menjawab itu, Menkes mengaku sedang mempersiapkan solusi. Ia akan menyiapkan standarisasi obat dan sistem di rumah sakit harus sama. Kini, rumah sakit yang satu dengan yang lain masih terlalu jauh bedanya. 


“Saya nanti akan mengeluarkan surat,” ucap Menkes pertama RI yang bukan dari kalangan dokter ini. Ia sendiri adalah lulusan dari jurusan Fisika Nuklir Institut Teknologi Bandung (ITB). 


Ke depan, Menkes Budi juga berharap bahwa pasien Covid-19 dengan gejala ringan yang tidak disertai demam dan batuk, agar melakukan isolasi mandiri di rumah tanpa harus ke rumah sakit.


Solusi lain, katanya, bisa juga mengalihfungsikan sementara Wisma Haji atau hotel untuk dijadikan rumah sakit darurat. Biayanya ditanggung oleh pemerintah setempat agar semua pasien Covid-19 dengan gejala sedang mengarah ke berat dan gawat darurat, bisa ditangani di rumah sakit. 


“Di hotel diberi makan kan pasti senang (pasien). Daripada ditaruh di Wisma Atlet kan enak di hotel,” ucapnya di hadapan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan jajaran pengurus PBNU yang lain. Pada kesempatan itu, Menkes Budi didampingi Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Oscar Primadi.


Saat ditanya kapan solusi tersebut akan diaktualisasikan, Menkes menjawab sedang dalam proses. Ia akan melakukan berbagai dialog dengan berbagai pihak terkait agar hal tersebut bisa terwujud sehingga penuhnya rumah sakit bisa segera teratasi. 


“Ini sedang proses. Karena memang itu harus dimulai supaya benar-benar yang masuk rumah sakit adalah yang gejala berat. Kalau pasien yang gejala ringan kita dorong agar perawatan (karantina) mandiri di rumah, nanti kita beri dukungan. Seperti memberikan vitamin C, vitamin D, dan Zync. Tinggal kita kirim saja nanti,” jelas Menkes. 


Data keterisian rumah sakit di beberapa daerah


Pasca libur panjang Natal dan Tahun Baru 2021, jumlah pasien Covid-19 melonjak drastis. Hal itu dapat terlihat dari data keterisian tempat tidur ruang ICU dan ruang isolasi di berbagai rumah sakit di Indonesia. 


“Jika dilihat pada tren perkembangannya, keterisian ruang ICU dan isolasi secara nasional semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Di beberapa daerah, keterisian tempat tidur per 2 Januari sudah melebihi 70 persen,” ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, dikutip NU Online dari situs resmi Satgas Covid-19, Kamis (7/1).


Peningkatan keterisian atau penuhnya rumah sakit itu terjadi di beberapa daerah. Di antaranya DKI Jakarta (84,74 persen), Banten (84,52 persen), DI Yogayakarta (83,36 persen), Jawa Barat (79,77 persen), Sulawesi Barat (79,31 persen), Jawa Timur (78,41 persen), Jawa Tengah (76,27 persen), Sulawesi Selatan (72,40 persen), dan Sulawesi Tengah (70,59) persen.


Menurut Wiku, saat ini Indonesia sedang dalam keadaan darurat yang ditandai dengan ketersediaan tempat tidur yang semakin berkurang. Ia mengingatkan, sisa tempat tidur yang masih ada pun belum tentu bisa digunakan oleh semua pasien yang membutuhkan perawatan. Sebab terbatasnya tenaga kesehatan di rumah sakit.


Data Satgas Penanganan Covid-19 pun mencatat, terdapat 237 dokter yang telah meninggal. Tren tersebut mengalami peningkatan, terutama terjadi pada Desember 2020 lalu saat libur Natal dan Tahun Baru 2021. 


Ia menegaskan, jika masyarakat terus abai dan tidak menerapkan disiplin protokol kesehatan yang ketat maka fasilitas kesehatan yang ada pun tidak akan cukup untuk menangani kasus-kasus baru yang semakin meningkat.


Data Covid-19 per 7 Januari 2021


Berdasarkan data yang dikutip dari situs resmi Satgas Penanganan Covid-19, per 7 Januari terdapat penambahan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 9.321, sehingga secara keseluruhan menjadi 797.723 kasus aktif Covid-19 sejak Maret 2020.


Sedangkan pasien yang berhasil sembuh, per hari ini sebanyak 6924 jiwa dan total keseluruhan adalah 659.437. Sementara pasien Covid-19 yang meninggal hari ini terdapat 224 sehingga totalnya menjadi 23.520 jiwa.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad