Nasional TEMU PENELITI

Berganti BRIN, Menag Gus Yaqut Minta Peneliti Kemenag Tidak Resah

Jum, 11 Juni 2021 | 11:30 WIB

Berganti BRIN, Menag Gus Yaqut Minta Peneliti Kemenag Tidak Resah

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)

Tangerang Selatan, NU Online
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan kepada para peneliti agar tidak resah menghadapi situasi ke depan. Situasi di mana institusi penelitian di kementerian dan lembaga akan dilebur menjadi satu di dalam lembaga bernama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).


"Tidak ada yang perlu diresahkan, insyaallah. Saya pakai pakaian sengaja enggak kayak menteri begini untuk memberikan aura segar kepada para peneliti yang ada di sini," ujar Gus Yaqut disambut tepuk tangan para peserta Temu Peneliti yang dihelat di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (11/6).


Gus Yaqut mengatakan, kita sadar dan paham bahwa sejatinya riset merupakan spirit sebuah lembaga. "Saya juga menyampaikan ke Pak Gunaryo berkali-kali bahwa sebenarnya penelitian ini ruh atau spirit. Di awal-awal saya ditugaskan Pak Jokowi untuk menjadi menteri di Kementerian Agama, saya sampaikan bahwa sebenarnya dan seharusnya arah Kemenag itu ditentukan oleh badan yang Pak Gunaryo pimpin," tegasnya.


Baca juga: 45 Tahun Balitbang Kemenag Berkontribusi dalam Pembangunan Nasional


Menurut Menag, jika kemudian Litbang tidak difungsikan dengan baik, maka jangan heran jika Kementerian Agama tidak akan pernah berubah wajahnya. Semua yang dilakukan menteri dan seluruh jajarannya, lanjut Gus Yaqut, seharusnya berbasis dari hasil penelitian Balitbang.


"Harusnya begitu. Makanya, sekarang saya ingin memfungsikan Litbang ini semaksimal mungkin. Saya tanya Pak Gunaryo waktu itu sudah melakukan penelitian apa saja. Beliau menyampaikan antara lain pesantren. Kalau tidak salah ada 22 judul yang disampaikan ke saya yang update," ungkapnya.


Menag menegaskan, bahwa mengambil keputusan dan kebijakan tidak boleh berdasarkan perasaan. "Kebanyakan pimpinan kita ini, termasuk saya, mengambil keputusan dan kebijakan seringkali didasarkan pada feeling daripada kajian-kajian empirik yang jelas gitu ya seperti yang dilakukan Litbang," tandasnya.


Oleh karena itu, Menag secara khusus menunjukkan bahwa ia konsisten dengan ucapannya dengan mengangkat salah satu peneliti sebagai staf ahli. "Hasanuddin Ali, Direktur Alfara Research Institute, saya paksa untuk menjadi tenaga ahli saya. Karena memang saya ingin sebagian besar keputusan yang dijalankan di kementerian ini harus berbasis kepada penelitian," tegasnya.


"Jadi, tidak boleh asal-asalan, apalagi feeling. Karena feeling ini tergantung mood saja. Itu kalau mood-nya lagi baik, ya feeling-nya pas dan bagus. Kalau enggak, sebaliknya, dan itu berbahaya karena urusannya bangsa, negara, dan rakyat. Jadi, tidak boleh main-main," tambah putra KH Cholil Bisri Rembang ini.


Secara pribadi, Menag mengaku selalu berat jika menghadiri acara yang dikesankan sebagai sebuah perpisahan. "Saya menjadi menteri belum lama, belum sempat ketemu bapak ibu peneliti, kok tiba-tiba berpisah. Itu kan nggak enak rasanya. Saya selamanya ini hanya ketemu Pak Gunaryo, Mas Mukhlis, belum ketemu semua secara khusus. Baru sekarang bisa bertemu. Masa ini pertemuan sekaligus perpisahan," ujarnya.


"Jadi, kalau disebut perpisahan, enggak-lah, kita ini enggak akan berpisah, insyaallah. Alhamdulillah kita hari ini masih diberikan kesehatan sehingga bisa bersilaturahim di acara temu peneliti ini. Mudah-mudahan tahun depan kita masih ada lagi pertemuan seperti ini. Meskipun bisa jadi bukan temu peneliti judulnya. Tetapi pertemuan seperti ini saya kira penting," sambung Menag disambut aplaus para peneliti.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan