Nasional ISLAM NUSANTARA

Berbatasan Daerah Konflik, Pahuwato Lestarikan Kedamaian

Sab, 7 April 2012 | 05:31 WIB

Pohuwato, NU Online
Kabupaten Pohuwato Privinsi Bengkulu memiliki model kerukunan antar umat beragama yang sangat bagus. Meski berbeda-beda suku dan agamanya, namun mereka hidup berdampingan secara damai dalam tradisi saling menghargai.<>

Salah satu bentuk nyata dari model kerukunan ini terwujud dalam pemberian nama desa Banuroja yang merupakan kepanjangan dari Bali Nusa Tenggara Gorontalo dan Jawa. Nama desa ini merupakan perkembangan dari pengelompokan lokasi menurut Unit dan Angka.

Nama Banuroja, selain mengindikasikan penghuninya berasal dari lintas etnik, banuroja juga sekaligus mengindikasikan para penghuninya merupakan pemeluk agama yang berbeda-beda. mayarakat Bali beragama Hindu, Nusa Tenggara beragama Muslim, Gorontalo yang merupakan warga asli beragama Muslim, sementara etnik Jawa memiliki agamanya masing-masing.

Selain mereka hidup rukun secara sosial, masyarakat Banurejo ini juga memiliki keunikan dalam kerukunan antar umat beragama berupa pendirian rumah ibadah masing-masing kelompok secara berdampingan. Masjid, Gereja Katolik dan Kristen serta Vihara dibangun hanya dalam jarak masing-masing lima menit berjalan kaki.

Selain itu, bila ada salah satu anggota masyarakat yang sedang kesusahan atau mengalami musibah, maka anggota masyarakat yang lain pun turut membantu, walaupun berlainan agama. 

Mereka, para penduduk transmigran dari berbagai pulau lain ini, merupakan perintis pertama di tempat yang tiga puluh tahun silam marih berupa hutan rimba. Mereka membangun suatu sistem kemasyarakatan dan kerukunan yang terus dipupuk dengan perdamaian dan sikap saling menghargai, meskipun lurus di jalur mereka, terdapat wilayah yang sering dilanda Konflik, yakni Poso dan Palu, Sulawesi Tengah.

 

 

Penulis : Syaifullah Amin