Nasional

Belajar Toleransi dari Bid'ah Cinta

NU Online  ·  Rabu, 22 Maret 2017 | 11:00 WIB

Solo, NU Online
Pemutaran film Bid’ah Cinta di Kota Solo, mendapat sambutan yang baik dari warga setempat, khususnya dari kalangan pesantren. Ahmad misalnya, datang bersama kawan-kawan grup hadrah. “Saya tertarik dengan film ini, karena sangat ramai diperbincangkan di lini massa,” ungkap warga Kiringan itu, saat ditemui NU Online sebelum memasuki studio di salah satu bioskop di Solo, Jumat (17/3) lalu.

Dari pengamatan NU Online, film besutan sutradara Nurman Hakim tersebut menampilkan sebuah fenomena yang kini sudah banyak terjadi di kampung-kampung. Dikisahkan, kondisi sosial kegamaan di sebuah kampung tempat tinggal Kamal (Dimas Aditya) dan Khalida (Ayushita Nugraha), yang dulunya kondusif, menjadi sedikit kisruh, setelah kedatangan Ustadz Jaiz (Alex Abbad).

Pelbagai tradisi keagamaan yang sudah mengakar dalam masyarakat, seperti maulidan, yasinan dan sebagainya tiba-tiba dilarang oleh sang ustadz. Tak pelak, pelarangan tersebut memicu konflik antara ia dengan warga.

Sekretaris PAC GP Ansor Boyolali, Zaenuri, yang juga ikut menonton film tersebut berpendapat, pada film Bid’ah Cinta ini, para penonton disuguhkan sebuah pesan moral tentang pentingnya saling menghargai dalam perbedaan.

“Di dunia nyata, kondisi ini juga sudah banyak terjadi. Mestinya perbedaan yang ada dapat teratasi kalau ada pemahaman untuk menghargai sebuah perbedaan,” tuturnya.

Para penonton film Bid’ah Cinta di Kota Solo, juga mendapatkan souvenir berupa kaset CD lagu soundtrack film Bid’ah Cinta, berisi dua lagu yang dinyanyikan Sabrang (Noe Letto). (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)