Nasional

Belajar Agama dari Media Sosial, Gadis Ini Terjerat ISIS dan Kini Menyesal

Jum, 30 Agustus 2019 | 13:30 WIB

Jakarta, NU Online
Media sosial (medsos) ibarat pisau yang bisa bermanfaat dan memengaruhi penggunanya melakukan kebaikan, tetapi bisa juga berdampak negatif atau digunakan untuk melukai orang lain atau bahkan diri sendiri. Nur Dhania, gadis belia asal Indonesia termasuk pengguna medos yang terpengaruh hal negatif. Ia mempelajari Islam tidak melalui orang yang jelas secara keilmuan, melainkan melalui Medsos yang sumbernya juga tidak otoritatif.

“Aku mulai baca-bacaan islami di Facebook. Artikelnya juga yang sederhana aja, yang tidak sampai keras-keras,” kata Nur Dhania saat mengisi acara Picnikustik yang diselenggarakan Komunitas Musisi Mengajai (Komuji) Jakarta di Medco Ampera, Jakarta Selatan, Rabu (28/8).

Dari situ, lama-kelamaan hatinya tergerak untuk membaca kisah Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Kemudian, melalui buku bacaan itu, ia merasakan kegalauannya karena kehidupan pada zaman nabi, khususnya persoalan keadilan dapat ditegakkan. Hal itu menurutnya berbeda jika dibandingkan dengan penegakkan hukum di Indonesia, seperti seorang nenek yang mencuri 3 buah kakao, kemudian dihukum 1 bulan 15 hari.

“Aku melihat dari situ. Ketika itu juga aku merasa hidup gini gini aja padahal secara ekonomi (keluargaku) baik, secara akademik baik, tapi hidup gitu-gitu aja,” ucap Nur Dhania.

Pada awal 2014, ketika ia sedang semangat belajar agama melalui Medsos, dunia digemparkan dengan kemunculan ISIS yang akan menegakkan khilafah. Awalnya, Ia mendapatkan informasi tentang kemunculan ISIS dari saudaranya. Ia penasaran, dan ditindaklanjuti dengan mencari tahu di Medsos.

“Aku cari tahu sendiri. Cari tahu di media sosial; Facebook, Twitter. Dari situ aku mendapatkan kontak orang yang pernah ke sana (ke Suriah),” ucapnya.

Setelah mendapatkan informasi yang cukup, ia semakin penasaran keberadaan ISIS yang akan meneggakkan kekhilafahan tersebut. “Aku lihat kayak kehidupan zaman Nabi; keadilan, fasilitas, kesejahteraan apalagi diperkuat dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis,” ucapnya.

Semangatnya untuk mengetahui ISIS semakin menggebu-gebu, apalagi ia mendapatkan informasi bahwa ada remaja dari Inggris yang hijrah secara sendirian ke Suriah. Ia mengaku terinspirasi atas remaja Inggris tersebut. Keluarganya yang ketika itu diajak bicara tentang keberadaan ISIS tidak memedulikannya. Sedangkan waktu itu, dirinya sudah bertekad untuk berangkat ke Suriah.

“(Akhirnya) Berangkat ke Suriah. Keseluruhan itu 26 orang sekeluarga besar, aku sendiri hanya mengajak keluarga inti,” ucapnya.

Namun, ketika sampai di Suriah dan bergabung dengan ISIS, yang hidup dibawa kekhilafahan, ia melihat banyak kejanggalan yang terjadi. Menurutnya, banyak tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

“Beda banget. Berbeda jauh dengan apa yang mereka keluarkan di media mereka dan juga berbeda dengan nilai-nilai nilai-nilai Islam itu sendiri. Banyak sekali yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,” ucapnya.

Ia mencontohkan, saat pertama kali masuk ke asrama perempuan yang dihuni oleh berbagai negara dan latar belakang ini mendapati suatu kejadian yang aneh. Kejadian itu berupa perkelahian perempuan dikarenakan persoalan yang menurutnya sangat sederhana. Padahal, dalam pikirnya, harusnya hidup rukun karena sesama muslim itu bersaudara. 

Contoh lainnya, ialah adanya kewajiban berperang bagi semua orang. Aturan itu dirasakan tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Menurutnya, dalam suatu peperangan, tidak semua orang harus mengangkat senjata, melainkan harus ada yang menjaga kota.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi