Nasional HARI BATIK NASIONAL

Batik di Mata Generasi Z: Identitas Indonesia yang Harus Terus Dijaga

Sen, 2 Oktober 2023 | 13:00 WIB

Batik di Mata Generasi Z: Identitas Indonesia yang Harus Terus Dijaga

Batik Nusantara. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, salah satunya adalah batik. Bahkan batik telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi. Pengakuan dari UNESCO itulah yang menjadi cikal bakal ditetapkannya Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober.


Penetapan tersebut tentu menjadi pesan bagi Generasi Z, generasi yang lahir pada rentang tahun 1996-2012 untuk terus melestarikan batik. Dalam pandangan Generasi Z, batik bukan hanya pakaian tradisional, tetapi juga simbol penting dari identitas budaya Indonesia yang harus dipelihara dan diberdaya.


Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Pekalongan, Muhammad Fayyaz Kahya (20) mengatakan, batik dirinya merupakan sebuah hal yang spesial, ia melihat batik sebagai sebuah ungkapan imajinasi sakral seseorang tentang budaya dan adat istiadat.


“Bagi saya, batik merupakan sesuatu yang spesial, saya tidak tahu asal muasalnya, yang saya tahu motif batik di Indonesia beragam, sesuai dengan budaya setempat,” ujarnya Fayyaz kepada NU Online, Senin (2/10/2023).


Semenjak tinggal di Pekalongan Fayyaz mengaku sering menggunakan batik ketika berangkat ke perkuliahan. Sebelumnya ia mengenakan batik di momen-momen tertentu saja, seperti menghadiri pernikahan, menghadiri acara formal, dan dalam berkegiatan IPNU-IPPNU. Baginya itu merupakan cara menjaga warisan para leluhur.


“Terlebih saya orang yang sudah lumayan lama di Pekalongan, yang notabenenya Pekalongan itu Kota Batik, membuat saya sangat sering mengenakan batik, terutama dalam perkuliahan,” terangnya.


Ia mengungkapkan batik favoritnya adalah batik motif dari Pekalongan yaitu motif tujuh rupa. Motif batik ini mengandung makna kekayaan alam dari wisata alam Pekalongan yang digambarkan dalam 7 motif yang berbeda. Pada umumnya motif batik ini berupa tumbuh-tumbuhan dan beragam jenis hewan.


Sama halnya dengan Fayyaz, Handika Akmal Ramadhan (22) juga sering menggunakan batik ketika kuliah, hal tersebut dikarenakan simpel dan membuatnya berwibawa. Menurutnya batik sekarang ini sudah tidak dipandang sebagai fashion jadul, sudah menjadi bagian dari fashion modern yang dipakai oleh anak muda.


“Batik merupakan warisan budaya bangsa yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, batik merupakan wajah dari keindahan Indonesia melalui motif-motifnya yang beraneka ragam, dari setiap daerah memiliki makna tersendiri,” ujar Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) itu.


Perihal motif batik favorit, ia menceritakan motif parang merupakan motif favoritnya, yaitu motif berbentuk huruf S yang menjalin dan tidak terputus. Motif ini merupakan motif tertua sudah ada sejak zaman Mataram.


Sementara itu Siti Nurkhalisha (22) memiliki pandangan bahwa batik harus sering dipakai oleh Generasi Z, guna mengenalkan batik kepada khalayak luas. Maka dari itu ia sering menggunakan batik.


“Batik itu melambangkan kekayaan Indonesia, terlihat dari coraknya. Pandangan saya Generasi Z harus sering memakai batik, sebagai untuk memperkenalkan ke khalayak. Saya sering sekali menggunakan batik, bahkan kalau misalnya di tempat kerja tidak ada seragamnya, saya prefer pakai batik,” ujar Lisa yang merupakan Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga.


Menurutnya batik itu terkesan formal, tetapi juga nyaman dibawa ke non formal, selain itu kainnya lembut dan nyaman dipakai. Itulah yang menumbuhkan kecintaannya terhadap batik. Lebih lanjut ia mengaku batik dengan motif bunga merupakan batik favoritnya.