Jakarta, NU Online
Di mata keluarga dan para yunior, almarhum H Muhyiddin Arubusman (Sekjen PBNU 1999-2004) adalah sosok inspiratif. Setidaknya hal itu terungkap saat NU Online berkesempatan mewawancarai beberapa orang yang hadir dan turut menshalatkan jenazah almarhum di Masjid An-Nahdlah PBNU Jakarta Pusat, Selasa (11/4).
Syahrul, salah satu adik almarhum mengungkapkan almarhum menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dan mantan aktivis dengan baik. Bila ada hal yang membuat Bang Muhyiddin marah, ia memilih diam, tidak mengungkapkannya dengan reaksi kemarahan.
Syahrul pun menceritakan, beberapa hari lalu, Bang Muhyiddin menelepon dan mengatakan sudah mendaftakan pendidikan S3 bagi Syahrul.
“Syahrul, kakak udah daftarkan kamu ke UGM ambil S3, Insyaallah ada rejeki. Hari Senin kamu ke Tebet (rumah almarhum) ya. Cuma itu pesan beliau,” cerita pria yang berprofesi sebagai pengacara.
Bagi Syahrul, kepergian almarhum terlalu mengejutkan. “Kalau ibarat mau hujan kan ada mendung kelabu. Ini nggak ada mendung kelabu. Karena Bang Muhyiddin kan terlihat sehat-sehat saja. Tapi inilah iradat takdir Allah yang harus kita terima,” tambah Syahrul.
Sementara itu, KH Masyhuri Malik menuturkan, kira-kira baru sebulan bertemu dengan almarhum. Pada pertemuan di Pancoran, Bang Muhyiddin tak hilang semangatnya dalam membicarakan NU dan PMII.
“Saya kan termasuk salah satu yunior beliau. Beliau selalu bicara tentang pergerakan. Beliau orang yang sangat konsen kepada (kemajukan) para yunior, orang yang tanpa pamrih, dan bukan gila pangkat,” ungkap Kiai Masyhuri.
“Walau tidak lagi berada di struktur kepengurusan NU, Bang Muhyiddin selalu punya perhatian untuk memajukan NU,” tambahnya.
Dianta Sebayang, kader PMII Unpad Bandung, menceritakan kenangan saat pertama kali bertemu dengan almarhum saat almarhum menjabat Sekjen PBNU.
“Walau baru pertama ketemu beliau mendukung saya dan mengatakan agar saya terus maju. Beliau mendorong saya menempuh pendidikan doktor di Amerika dengan beasiswa, padahal waktu itu saya masih S1,” cerita dosen UNJ yang juga aktif di GP Ansor itu.
“Beliau menekankan saya untuk terus menerus belajar. Belajar belajar belajar,” lanjut Dianta.
Dianta mengatakan bila kini ia bisa meraih gelar doktor, salah satu inspirsinya adalah Bang Muhyiddin. “Walaupun saya nggak meraih doktor di Amerika, tapi alhamdulillah tulisan saya pernah dimuat di jurnal di Amerika. Itu berkat motivasi Bang Muhyiddin,” ungkap Dianta dengan mata berkaca-kaca.
Dianta mengaku bertemu terakhir denga almarhum pada sidang terbuka bulan Januari 2017. “Bang Muhyiddin bilang ikut senang karena yang saya teliti sesuatu yang dapat bermanfaat,” tambah Dianta. (Kendi Setiawan/Fathoni)