Nasional

Anak Muda NU Gelar Nonton Film Bareng ‘Bumi Manusia’

Sel, 20 Agustus 2019 | 06:00 WIB

Anak Muda NU Gelar Nonton Film Bareng ‘Bumi Manusia’

Salah satu potongan adegan film Bumi Manusia

Jakarta, NU Online

Sekitar seratus pemuda Nahdlatul Ulama menghadiri acara nonton bareng film “Bumi Manusia” yang digelar organisasi Forum Satu Bangsa (FSB) dan Tirto Institute, di Metropole Megaria, Jakarta Pusat, Senin (19/8).

 

Ketua FSB, Hery Azumi mengatakan, film ini bercerita tentang ketokohan RM Tirto Adhi Soerjo yang diperankan oleh Minke dalam novel Pramoedya Ananta Toer, dalam memperjuangkan ide-ide kemerdekaan dan kebangsaan dari awal abad ke-20.

 

“Tirto Adhi Soerjo memperhatikan betul pembangunan wacana kebangsaan untuk berjuang memperjuangkan ide kemerdekaan,” kata Hery.

 

Selain merupakan sebuah karya yang memang luar biasa, kata Hery, film ini juga menemukan momentumnya karena bertepatan dengan dua hal sekaligus; pertama film ini diluncurkan pada masa kemerdekaan pertenggahan bulan Agustus saat Indonesia sedang merakan hari kemerdekaan.

 

Kedua, lanjut Hery, film ini menemukan momentumnya dalam menumbuhkan kembali kecintaan pada tanah air, karena di saat yang bersamaan, Indonesia sedang diombang-ambingkan oleh situasi radikalisme dan terorisme.

 

Hal serupa juga diungkapkan Okky Tirto, cicit dari RM Tirto Adhi Soerjo. Ia menilai film ini sangat penting untuk membangkitkan semangat nasionalisme. “Nasionalisme muncul dalam keseharian, yang tak melulu harus heroik, dengan bedil, dan seterusnya. Namun, nasionalisme bisa muncul dari aktivitas keseharian, termasuk dari kritik yang dilontarkan dari surat kabar seperti yang dilakukan Minke,” kata Okky.

 

Okky tak segan melontarkan pujian pada Hanung Bramantyo dengan kata ‘cerdas’. “Hanung sangat cerdas mengocok emosi yang penonton,” katanya. Dari karyanya, diharapkan akan banyak anak millennial yang tidak apatis terhadap sejarah bangsa.

 

Film karya Hanung Bramantyo ini sendiri diangkat dari novel berjudul Bumi Manusia yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer saat dalam masa tahanan politik di Pulau Buru, Maluku. Ia merupakan novel pertama dari empat novel berseri; Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca yang dikenal luas dengan dengan nama “Tertralogi Pulau Buru”.

 

Buku ini, termasuk buku-buku Pramoedya yang lain, sempat menjadi kontroversial di tanah air setelah mendapat larangan edar di jaman Orde Baru. Namun, pelarangan buku-buku itu di dalam negeri, tidak membuat buku itu ‘mati pasaran’. Justru, buku-buku tersebut telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dunia. 

 

Penulis: Ahmad Rozali