Nasional

Amanat Kiai Cipasung untuk Dedi Mulyadi

NU Online  ·  Ahad, 4 Juni 2017 | 22:51 WIB

Tasikmalaya, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya Jawa Barat, Kiai Abun Bunyamin Ruhiyat memberikan amanat kepada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi jika kelak dirinya terpilih menjadi Gubernur Jawa Barat pada kontestasi Pemilihan Gubernur Jawa Barat, Juni 2018 mendatang.

Amanat ini ia sampaikan di sela kegiatan Senandung Ramadhan, usai melaksanakan ibadah shalat tarawih di aula Pesantren Cipasung, Ahad (4/6).

Menurut saudara dari Rais ‘Aam PBNU semasa kepemimpinan Gus Dur, Kiai Ilyas Ruhiyat tersebut, sebuah kontentasi politik tidak boleh melupakan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan), ukhuwah wathoniyah (persaudaraan kenegaraan) dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan keislaman). Ketiga unsur tersebut menurutnya harus selalu diperhatikan agar tidak terjadi gesekan di internal masyarakat Jawa Barat.

“Di kita ini kan ada Pilpres, Pilgub, Pilkada, bahkan Pilkades. Itu merupakan keharusan ukhuwah wathoniyah. Ketiga unsur tadi harus dijaga kalau kita mau masyarakat Jawa Barat menjadi makmur,” jelas Kiai Abun.

Setelah proses awal ini tercapai, maka selanjutnya, Kiai Abun menekankan kepiawaian Dedi Mulyadi untuk mengelola empat hal, yakni, ilmu para cendekiawan, keadilan pemimpin, kedermawanan orang kaya, dan doa dari kaum fakir miskin. Ia menyebut pengelolaan empat hal inilah yang dapat mendorong kemakmuran untuk masyarakat Jawa Barat.

“Juga harus ada ilmu ulama (ilmu cendekiawan), ‘adlil umaro (keadilan pemimpin), sakhawatil aghniya (kedemawanan orang kaya) dan terakhir du’ail fuqoro (doa orang-orang miskin),” lanjutnya lirih.

Pemimpin, menurut Kiai Abun, memiliki kesempatan besar untuk bersedekah secara luas melalui kebijakan yang ia buat. Sebab berdasarkan keterangan yang ia pahami, kewajiban sedekah tidak hanya berlaku bagi mereka yang memiliki harta, kekuatan dan ilmu. Kewajiban tersebut imbuhya, juga melekat pada setiap orang yang menjadi pemegang kebijakan.

“Nah, Kang Dedi ini sudah bersedekah melalui kebijakannya. Buktinya, di Purwakarta semua siswa harus belajar kitab kuning, di Tasik saja tidak ada yang seperti itu. Kemudian, setiap hari Jumat, siswa dan pegawai harus memakai sarung seperti para santri Cipasung. Melihat programnya ini, ya saya jadinya mendukung Kang Dedi menjadi Gubernur Jawa Barat,” ungkapnya yang disambut tepuk tangan dari ribuan santri pesantrennya tersebut.

Secara teknis, masih dalam konteks sedekah amal jariyah, Kiai Abun meminta kepada Dedi Mulyadi agar mengarahkan Dinas-dinas di Jawa Barat untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang tuntunannya sudah disediakan oleh Rasulullah SAW. Sambil mengutip hadist, ia menjelaskan satu per satu tuntunan tersebut.

“Kang Dedi, ini kan kita banyak sekali dinas-dinas di pemerintahan itu. Mereka itu, punya kesempatan untuk melakukan amal jariyah, amal yang akan terus mengalir meski mereka sudah meninggal. Man allama ‘ilman (mereka yang berkecimpung di bidang pendidikan), Aoqaro nahron (mereka yang fokus dalam bidang irigasi), Hafaro bi’ron (mereka yang bekerja di bidang penyediaan air bersih), Gharasa nahron (dalam bidang pertanian), Baana masjidan (pembangunan sarana keagamaan), Harosa mushhafan (bidang ilmu pengetahuan), Taroka waladan yastaghfiru robbah (mereka yang mencetak generasi penerus yang baik),” demikian Kiai Abun mengakhiri.

Di tengah acara, Dedi Mulyadi sempat menggelar kuis untuk para santri dengan pertanyaan seputar Pondok Pesantren Cipasung. Hadiah uang tunai sebesar Rp500 ribu yang ia rogoh dari koceknya sendiri tampak diberikan kepada santri yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat. (Red-Zunus)