Jakarta, NU Online
Alokasi Anggaran Pendapatan Belanda Negara (APBN) yang digelontorkan untuk pendidikan cukup memadai sebab mencapai 20 persen. Tetapi alokasi bagi pendidikan Islam sendiri belum ideal mengingat jumlah peserta didik dan lembaga pendidikan sangat besar.
Menurut rincian yang dijelaskan Sekreatris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI M. Isom Yusqi, dari 20 persen alokasi APBN untuk pendidikan, pendidikan Islam hanya mendapatkan 11 persen.
“APBN kita tiap tahun mencapai 2.200 triliun. 20 persennya mencapai 441 sekian triliun dan 11 persen dari 441 triliun ialah 49,1 triliun. Jadi 49,1 triliun itulah yang kita kelola untuk pendidikan Islam di seluruh Indonesia,” ungkap Isom, Jumat (23/3) di Kantor Kemenag Jakarta.
Guru Besar IAIN Ternate itu menjelaskan, hal ini berbeda dengan pendidikan umum. Selain mendapat alokasi APBN, pendidikan umum juga mendapat alokasi pembiayaan dari APBD di setiap daerah masing-masing.
“Alokasi untuk pendidikan Islam idealnya 90 triliun. Alokasi saat belum ideal melihat besarnya sumberdaya pendidikan Islam,” terang Isom.
Pendidikan Islam yang ia maksud meliputi madrasah, pondok pesantren, perguruan tinggi Islam, madrasah diniyah, lembaga pendidikan Al-Qur’an, dan lain-lain.
Kementerian Agama menerangkan, saat ini jumlah peserta didik di Raudhatul Athfal 1.231.101 siswa; madrasah ibtidaiyah negeri 474.409, swasta 3.091.466; madrasah tsanawiyah negeri 746.493, swasta 2.414.192; madrasah aliyah negeri 415.074, swasta 879.702.
Adapun untuk perguruan tinggi Islam negeri 458.613 mahasiswa, swasta 316.904; madrasah diniyah mencapai 6.369.382 murid, pondok pesantren yang terdata di Kemenag mencapai 4.290.626 santri, dan lembaga pendidikan Al-Qur’an 7.636.126 murid.
Namun, menurut Isom, dengan alokasi anggaran yang belum ideal tersebut, Kementerian Agama terus berupaya mewujudkan pendidikan berkualitas untuk semua kalangan masyarakat tanpa membedakan kondisi dan status apapun.
“Pendidikan Islam saat ini sangat diminati karena tidak hanya mewujudkan anak pintar, tetapi juga menciptakan anak berkarakter dan memiliki akhlak yang bagus,” tutur Isom.
Untuk mewujudkan pendidikan untuk semua, di bidang madrasah Kemenag telah membuka madrasah inklusi. Madrasah tidak hanya diperuntukan bagi anak normal secara fisik, tetap juga bagi anak-anak dengan kemampuan berbeda (different ability, difabel).
Menurut Isom, madrasah inklusi menjadi salah satu program unggulan di bidang madrasah selain kerja sama madrasah luar negeri, pengembangan kurikulum Islam moderat, dan pengiriman siswa ke event internasional. (Fathoni)