Nasional

'All Eyes on Rafah' dan Suara Pembelaan Hak Bangsa Palestina dari Indonesia 

Ahad, 2 Juni 2024 | 12:30 WIB

'All Eyes on Rafah' dan Suara Pembelaan Hak Bangsa Palestina dari Indonesia 

Aksi bertajuk All Eyes on Rafah di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta pada Jumat (31/5/2024) (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online 
Ratusan massa dari berbagai kelompok sipil menggelar aksi solidaritas pro-Palestina bertajuk All Eyes on Rafah di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Aksi yang digelar pada Jumat (31/5/2024) ini dipelopori oleh berbagai organisasi seperti Koalisi Musisi untuk Gaza, KontraS, Perempuan Mahardhika, Yayasan LBH Indonesia, serta YAPPIKA-ActionAid.

 

Aksi solidaritas ini menggambarkan keprihatinan mendalam berbagai elemen masyarakat terhadap situasi di Palestina. 

 

Suara musisi untuk Gaza
Eka Annash yang tergabung dalam Koalisi Musisi untuk Gaza mengungkapkan bahwa aksi ini merupakan aksi ketiga yang melibatkan musisi-musisi independen. 

 

"Sudah beberapa aksi dibantu sama organisasi NGO seperti KontraS," ujarnya. 

 

Ia menekankan pentingnya gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel. Eka juga menyerukan agar eksekutif Indonesia, termasuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Presiden Jokowi, dan Presiden terpilih Prabowo Subianto, mengambil langkah konkret dalam menyikapi konflik ini.

 

Eka mengajak generasi muda untuk menduplikasi gerakan solidaritas ini di berbagai daerah. Ia berharap konflik segera berakhir dan Palestina dapat kembali mendapatkan hak atas tanah airnya. Eka juga mengumumkan rencana untuk menggelar panggung musik amal pada 6-7 Juli 2024 mendatang bersama band-band lokal.

 

Dukungan dari pesantren
Faiq Murtadho dari Pesantren Ekologi Misykat Al Anwar Bogor, Jawa Barat menekankan bahwa aksi ini penting demi kebebasan dan kemerdekaan rakyat Palestina yang telah ditindas. Kemelut yang terjadi di Palestina, kata dia, merupakan konflik kemanusiaan.

 

"Ini bukan masalah agama, tapi ini masalah banyak hal mulai dari kapitalisme, imperialisme," kata Faiq. 

 

Ia mengajak semua orang untuk konsisten melakukan tindakan kecil yang mendukung kemanusiaan di Palestina, seperti membuat status harian di media sosial yang menyuarakan dukungan terhadap Palestina.

 

“Kita bisa melakukan hal kecil yang kita lakukan secara konsisten. Untuk teman-teman pesantren atau di mana pun mungkin nanti bisa membuat status setiap hari,” tuturnya.

 

Suara dari Perempuan Mahardhika
Sementara itu, Mutiara Ika dari Perempuan Mahardhika menekankan pentingnya mendesak pemerintah AS untuk menghentikan dukungan terhadap Israel. 

 

"Itulah yang menjadi kekuatan bagi Israel untuk melakukan pembunuhan terhadap rakyat Palestina," tegasnya. 

 

Ia berharap solidaritas terhadap Palestina semakin meluas dan menolak normalisasi pembantaian yang terjadi. Mutiara juga mengingatkan bahwa pemerintah Indonesia harus lebih keras bersuara terkait isu ini.

 

“Pemerintah harus lebih keras lagi bersuara,” katanya.

 

Solidaritas yang terus berlanjut
Dengan berbagai organisasi dan individu yang bergabung, harapannya adalah agar dukungan terhadap Palestina semakin kuat dan mendesak perubahan nyata di tingkat internasional. Para peserta aksi berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan serupa hingga tercapai keadilan bagi rakyat Palestina.

 

"Masih terus diupayakan karena kita tahu pembantaian yang terjadi ini di-back up oleh kekuatan yang sangat besar. Jadi, tidak bisa cuma beberapa kali aksi, harus terus-menerus," pungkas Mutiara.