Alissa Wahid: Kunci Perdamaian adalah Keadilan
NU Online · Selasa, 25 Juni 2019 | 11:00 WIB
Jakarta, NU Online
Perdamaian bukanlah suatu kondisi yang tanpa konflik. Perdamaian diciptakan saat ada konflik, ketegangan, perbedaan, dan sebagainya. Tapi konflik itu mampu dikelola dengan cara yang baik. Pengelolaan perbedaan agar mampu diwujudkan sebagai perdamaian, salah satu caranya adalah dengan sikap saling menerima.
Demikian dingkapkan puteri Gus Dur, Alissa Wahid saat menjadi narasumber dalam acara Nusantara Millenial Summit, yang digelar oleh Pimpinan Pusat IPPNU, di The Media Hotel and Tower, Jakarta, Sabtu (22/6).
Menurutnya, sikap saling menerima merupakan kunci untuk merubah perbedaan menuju perdamaian. Namun di atas semua itu, keadilan harus dijunjung tinggi.
"Tapi yang paling penting, Gus Dur selalu mengingatkan, bahwa perdamaian tanpa keadilan itu adalah sebuah ilusi," kata Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian tersebut.
Alissa menambahkan, kalau kesepakatan bangsa Indonesia terhadap kehidupan bernegara bisa dipegang bersama, maka tentu saja bangsa Indonesia akan mampu mewujudkan masyarakat yang adil. Kesepakatan itu diantaranya adalah terkait dengan ideologi negara (Pancasila), Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan sebagainya.
"Kalau masyarakatnya sudah adil, maka perdamaian bisa diwujudkan," ucapnyadi hadapan kader dan pengurus IPPNU se-Indonesia.
Puteri pertama dari empat bersaudara Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid ini mengajak bangsa Indonesia untuk berhati-hati menjaga negeri. Hal tersebut agar Indonesia tetap dijadikan sebagai model harmoni sosial bagi dunia.
Dikatakannya, tantangan besar bangsa Indonesia dewasa ini adalah munculnya perubahan nilai akibat kelompok yang menawarkan eksklusivisme agama.
"Sehingga dawuh-nya KH Ahmad Siddiq bahwa kalau orang Indonesia ingin menegakkan Islam rahmatan lil alamin harus didakwahi bersama-sama dan tidak boleh dipilih-pilih," ungkapnya.
Artinya, dakwah yang dilakukan atau diajarkan oleh para kiai terdahulu adalah harus seimbang. Sedangkan keseimbangan (tawazzun) itu merupakan prinsip dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah.
Alissa menegaskan, KH Ahmad Siddiq memiliki konsep tri ukhuwah. Yaitu ukhuwah Islamiyah, wathoniyah, dan insaniyah. Ketiganya mesti seimbang, agar perdamaian benar-benar bisa terwujud di negeri ini.
Namun, ukhuwah yang dikembangkan KH Ahmad Siddiq (NU) berbeda dengan ukhuwah kelompok religius eksklusif itu. Sebab mereka hanya menginginkan ukhuwah Islamiyah saja, sedangkan ukhuwah yang lainnya itu tidak diterapkan
"Maka kalau kelompok ini semakin mendominasi di Indonesia, kita tidak akan melihat lagi perdamaian itu," jelasnya.
Alissa Wahid berbicara pada sesi galawicara dengan tema, Kita Ingin Perdamaian: Mengkampanyekan Perdamaian Menurut Saya. (Aru Elgete/Aryudi AR).
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Workshop Jalantara Berhasil Preservasi Naskah Kuno KH Raden Asnawi Kudus
3
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
4
Rapimnas FKDT Tegaskan Komitmen Perkuat Kaderisasi dan Tolak Full Day School
5
Ketum FKDT: Ustadz Madrasah Diniyah Garda Terdepan Pendidikan Islam, Layak Diakui Negara
6
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
Terkini
Lihat Semua