Nasional

Aksi Teror Hanya Ciptakan Anak Yatim Secara Massal

NU Online  ·  Jumat, 27 Mei 2016 | 17:04 WIB

Jakarta, NU Online
Aksi teror bagi pelakunya merupakan tindakan suci di jalan Allah. Dengan aksi meledakkan bom dan aksi pembunuhan dengan pelbagai bentuknya, mereka tidak berpikir apa yang terjadi pada orang lain. Mereka hanya berpikir bagaimana aksinya terlaksana. Tetapi karena aksi brutal mereka banyak orang menderita karenanya.

Demikian disampaikan salah seorang keluarga bom Bali 2002 Hayati Eka Laksmi pada pendidikan singkat Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media yang diinisiasi Aliansi Indonesia Damai (Aida) di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/5) siang.

Eka Laksmi kehilangan suaminya karena aksi teror peledakan bom di Bali 2002 silam. Ia dan dua anaknya didera trauma bertahun-tahun. Di tengah guncangan psikis itu, ia juga harus menghidupi dua anaknya.

Ia mempertanyakan aksi teror yang dilancarkan para teroris. Menurutnya, aksi teror itu mengubah kehidupan banyak orang baik Muslim maupun non-Muslim. Banyak orang kehilangan suaminya. Banyak orang suami kehilangan istrinya. Banyak orang kehilangan anggota keluarganya dan teman-temannya.

“Apakah aksi teror itu bisa disebut jihad? Apakah dengan aksi itu akan menempatkan pelaku berdampingan dengan Rasulullah SAW di surga? Apakah aksi yang membuat banyak anak-anak menjadi yatim secara massal itu bisa dibilang perjuangan di jalan Allah?” ujar Eka Laksmi yang kini mengajar di SMP Muhammadiyah di Bali.

Baginya aksi teror tindakan brutal tanpa sasaran dan dasar hukum yang  jelas. Aksi teror adalah kejahatan murni. Para pelaku tidak memikirkan apa yang terjadi pada korban.

Tetapi setelah melewati penderitaan batin yang luar biasa, ia kahirnya memaafkan pelaku teror yang telah bertobat. Ia kini aktif menyuarakan perdamaian dan menolak segala bentuk aksi teror di pelbagai forum. (Alhafiz K)