Nasional

Ahmad Tohari: Terjemah Al-Qur’an Bahasa Daerah Memang Sangat Penting

Kam, 21 Desember 2017 | 11:40 WIB

Ahmad Tohari: Terjemah Al-Qur’an Bahasa Daerah Memang Sangat Penting

Foto: Syatiri Ahmad

Jakarta, NU Online
Budayawan Ahmad Tohari mengatakan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa daerah sangatlah penting. 

“Kita semua maklum bahwa Al-Qur’an berbahasa Arab. Idealnya sebai umat Islam kita mampu memahami bahasa Al-Qur’an dengan baik," kata dia pada Peluncuran  Al-Qur'an dan Terjemah Bahasa Daerah Melayu Ambon; Al Qur’an dan Terjemah Bahasa Banjar Kalimantan; dan Al-Quran dan Terjemah Bahasa Bali, di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kemenag, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (20/12).

(Baca: Tiga Terjemahan Al-Qur'an Bahasa Daerah Diluncurkan Kemenag)
Tohari menyebutkan temuan Abdul Munir Mulkan yang mengatakan dari jumlah 260 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini terdapat kurang lebih 85 persen pemeluk agama Islam, atau 210 juta jiwa. Mulkan menemukan kenyataan bahwa di tengah Muslim Indonesia ada 62 persen atau 130.200.000 orang penganut Islam Abangan.

“Kita tidak begitu bersalah bila berasumsi, 130 juta Muslim abangan Indonesia belum mampu memahami Al Qur’an dalam Bahasa Arab. Kenyataan ini membuat kita yakin bahwa terjemah Al Qur’an dalam  berbagai bahasa daerah sebagai alat bantu pemahaman memang penting dan perlu,” tandas dia.  

Budayawan yang menetap di desanya di Kabupaten Banyumas itu memandang dengan adanya terjemahan Al Qur’an berbahasa Indonesia saja belum cukup, karena yang menguasai bahasa Indonesia dengan baik, tidaklah banyak.

Penerjemahan Al-Quran ke bahasa daerah adalah untuk mendekatkan Al-Qur’an dengan orang yang tidak atau kurang bisa berbahasa Arab, kurang bisa berbahasa Indoensia dan hanya mampu berbahasa lokal.

“Kepada merekalah Al-Qur’an itu dipersembahkan. Mereka yang  sehari-hari di pasar, di sawah, tapi mereka beragama Islam,” papar pria yang masyhur terutama kaeena trilogi novelnya Ronggeng Dukuh Paruk.

Tohari yang juga dilibatkan dalam penerjemahan Al-Qur’an bahasa Banyumas beberapa tahun lalu mengatakan hati orang-orang yang beriman akan bergetar bila dibacakan ayat Al-Qur’am. Orang yangtidak bisa berbahasa Arab pun akan tetap bergetar saat mendengat suara bahasa ibu. 

“Mereka yang tidak memahami bahasa Indonesia dengan adanya Al-Qur’an terjemah bahasa daerah getaran itu lebih membekas dengan bahasa daerah,” ujar dia.

Sebagai budayawan yang juga memiliki perhatian besar terhadap bahasa daerah, Tohari menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Agama dan tim penerjemah yang melakukan hal fenomenal dengan menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa daerah. (Kendi Setiawan)