Adaptasi Lokalitas Keramahan Islam Nusantara
NU Online · Rabu, 19 Desember 2018 | 09:00 WIB
Islam Nusantara merupakan Islam yang ramah dengan mengadaptasi budaya lokal, mulai arsitektur hingga ritual. Karenanya, Majalah Time pernah mengangkat tema The Smile Islam.
Melihat hal tersebut, toleransi menjadi takdir yang mesti dijalani dalam hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia mengingat keragamannya.
"Sikap toleran terhadap bangsa adalah takdir," kata Jamhari Maruf, Guru Besar Antropologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat menjadi narasumber pada seminar bertema Fenomena Radikalisme di Indonesia di Aula HM Rasjidi, Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (19/12).
Sementara itu, Sumanto al-Qurtubi, Guru Besar Antropologi Universitas Perminyakan dan Pertambangan King Fahd, Arab Saudi, menerangkan bahwa keislaman yang menerima kemajemukan itu yang sesuai dengan Indonesia.
Menurutnya kebebasan beragama di Indonesia sudah diterapkan. Ekspresi keagamaan boleh dilakukan, tetapi juga tidak bisa menahan penganut agama lain untuk melakukan hal yang sama.
"Jadi harus keislaman yang sesuai dengan heterogenitas, pluralitas, dan kompleksitas rakyat Indonesia ini yang harus dikembangkan betul-betul," ujarnya.
Diskusi yang dipandu oleh Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat ini dihadiri oleh berbagai kalangan. (Syakir NF/Muhammad Faizin)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua