Jakarta, NU Online
Dalam hidup di dunia ini, manusia sebaiknya harus “bisa merasa” jangan “merasa bisa”. Itulah inti dari ilmu makrifat Jawa yang antara lain diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram.<>
Demikian pendapat Muhaji Fikriono dalam bedah buku “Puncak Makrifat Jawa” di Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, Kamis (20/12).
Ki Ageng Suryomentaram adalah putra ke-55 dari Sultan Hamengkubuwono VII. Ia lahir pada 20 Mei 1892 dan sempat mempelajari Islam dari KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Ia kemudian keluar dari keraton karena sejumlah kekecewaannya terhadap praktek feodalisme keraton dan kemudian mengembara mencari kesejatian hidup, menyamar sebagai rakyat jelata dan melepaskan gelar pangerannya.
Dalam pengembaraannya tersebut, Ki Ageng menulis sebuah buku yang berjudul “Langgar” yang berisi aforisma-aforisma yang terdiri dari 28 buah catatan. Dari catatannya tersebut, dapat terlihat bahwa Ki Ageng Suryomentaram adalah seseorang yang telah mencapai mukasyafah danberusaha menceritakan pengalaman laku spiritualnya itu dalam bahasa orang awam.
Buku “Puncak Makrifat Jawa” adalah penjelasan mendalam dari “Langgar” yang ditulis Ki Ageng Suryomentaram. Penulis buku ini, Muhaji Fikriono –penulis buku “Al Hikam untuk Semua” mampu secara penuh mengungkapkan dan menelusuri pengetahuan Ki Ageng tentang ajaran Makrifat Jawa.
Sementara itu pembicara lainnya, Prof. Dr. Muhammad Hikam membenarkan pendapat Muhaji tentang “bisa merasa” dan bahkan mengaitkannya dengan konteks konflik Rektor UI.
“Kalau semua yang berkonflik di UI “bisa merasa” dan bukan “merasa bisa”, konflik UI tidak akan berkepanjangan dan pasti sekarang UI sudah punya rektor,” tandas Hikam yang juga Dekan Vokasi UI.
Acara bedah buku yang dihadiri ratusan mahasiswa tersebut diselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Fakultas Ilmu Budaya UI bekerjasama dengan PKTTI UI dan Fakultas Vokasi UI.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Alfany
Terpopuler
1
Guru Madin Didenda Rp25 Juta, Ketua FKDT: Jangan Kriminalisasi
2
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
3
Gus Yahya Dorong Kiai Muda dan Alumni Pesantren Aktif di Organisasi NU
4
MK Larang Wamen Rangkap Jabatan di BUMN, Perusahaan Swasta, dan Organisasi yang Dibiayai Negara
5
Pemerintah Perlu Beri Perhatian Serius pada Sekolah Nonformal, Wadah Pendidikan Kaum Marginal
6
KH Kafabihi Mahrus: Tujuan Didirikannya Pesantren agar Masyarakat dan Negara Jadi Baik
Terkini
Lihat Semua