Nasional HARLAH KE-101 NU

5 Strategi NU Menuju Transformasi Organisasi

Sen, 29 Januari 2024 | 17:00 WIB

5 Strategi NU Menuju Transformasi Organisasi

Gus Yahya saat menjadi salah satu narasumber Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/1/2024). (Foto: dok. PBNU)

Bantul, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan lima strategi NU dalam mencapai cita-cita transformasi konstruksi organisasi. 


Pertama, dibutuhkan tata laksana organisasi, termasuk strategi digitalisasi organisasi. Menurutnya, digitalisasi merupakan upaya fundamental sebagai strategi tata laksana organisasi.


Kedua, perlunya melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kapasitas yang mumpuni. Hal ini dilakukan dengan pelatihan kader NU.


"Kita harus melakukan perbaikan kapasitas sumber daya pengurus. Pengurus itu harus lebih baik kapasitasnya. Maka kita bangun sistem pelatihan kader," kata Gus Yahya saat menjadi salah satu narasumber Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (29/1/2024).


Ketiga, hal lain yang perlu dilakukan untuk menuju visi transformasi itu adalah perlunya ketahanan keuangan yang independen dan mandiri serta terjaga kesinambungannya.


"Kita harus membangun satu ketahanan keuangan. Kita punya kapasitas keuangan independen suistanable. Kapasitas keuangan mandiri yang tidak bergantung pada orang lain, tapi lumintu berkesinambungan jangka panjang," katanya.


NU saat ini sedang mengupayakan pengembangan kapasitas finansial itu. "Mudah-mudahan pertengahan tahun ini kita punya sesuatu yang bisa kita andalkan," lanjutnya.


Keempat, Gus Yahya juga menyampaikan perlunya model aktivisme baru guna mengukuhkan kehadiran NU dalam kehidupan masyarakat.


"Tidak hanya menjadi pernyataan di media massa atau pengajian umum saja. Dakwah berguna nyata membawa kemaslahatan. Ini perlu dilakukan di dalam dan luar negeri," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.


Terakhir, Gus Yahya juga menyebut perlunya pengembangan kapasitas organisasi dalam mengarungi dinamika perubahan yang semakin cepat lajunya.

 

"Kita perlu kapasitas untuk mengikuti laju. antisipasi masa depan yang semakin menekan, makin cepat, tidak bisa leha-leha," ujarnya.


Pengembangan kapasitas ini, lanjutnya, perlu dilakukan dengan membangun satu pusat pengembangan yang diharapkan menjadi suar dari jaringan aktivisme NU. Hal ini dilakukan dengan penekenan kerja sama UNU Yogyakarta dengan Mohammed Bin Zayed University of Humanities, Uni Emirat Arab, untuk pendirian College of Future Studies.