Nasional

100 Hari Wafatnya Gus Sholah, Keluarga Sering Didatangi Lewat Mimpi

NU Online  Ā·  Senin, 11 Mei 2020 | 17:30 WIB

100 Hari Wafatnya Gus Sholah, Keluarga Sering Didatangi Lewat Mimpi

Suasana peringatan 100 hari wafatnya Gus Sholah di ndalem kesepuhan. (Foto:Rumah Produksi (Maksi) Tebuireng)

Jombang, NU Online
Irfan Asy'ari Sudirman Wahid atau akrab disapa Ipang Wahid mengatakan, dirinya sering didatangi oleh sang ayah KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dalam mimpi.
Ā 
"Ayah saya masih sering mengawasi, memberi dawuh dan saya diarahkan melakukan hal tertentu dalam mimpi," katanya saat live streaming 100 hari wafatnya Gus Solah dari kediamannya di Jakarta, Senin (11/5).
Ā 
Terbaru, Gus Ipang menceritakan dalam mimpi terbarunya ia menjaga sang ayah di sebuah tempat tidur. Saat itu, mereka hanya berdua saja. Saling bercengkrama dan cerita.
Ā 
"Menarik sekali mimpinya, mudah-mudahan menjadi pengingat saya dan adik-adik untuk meneruskan perjuangannya," tambahnya.
Ā 
Tak ketinggalan, Nyai Hj Farida Salahuddin Wahid ikut menceritakan peristiwa penting selama sebulan sebelum suaminya KH Salahuddin Wahid wafat di Jakarta.Ā 
Ā 
Gus Solah datang ke Tebuireng sebagai pengasuh pesantren pada bulan Februari 2006. Anehnya, ia juga wafat di bulan Februari 2020.
Ā 
Nyai Farida menjalani biduk rumah tangga bersama Gus Sholah sekitar 52 tahun. Selama itu pula, Nyai Farida melihat Gus Sholah sangat totalitas membangun Tebuireng.
Ā 
"Dulu sibuk di Jakarta, pagi ketemu dan baru malamnya ketemu lagi. Setelah pindah ke Tebuireng semuanya berubah. Istilahnya hijrah. Dari bangun tidur hingga tidur lagi yang dibahas hanya Tebuireng," ujarnya.
Ā 
Gus Sholah baginya punya tekat dan niat yang kuat dalam bekerja. Jiwa totalitas ini layak diiru oleh orang banyak.
Ā 
Akhir-akhir umurnya, Gus Sholah tambah memikirkan Universitas Hasyim Asy'ari (Unlnhasy). Lalu rumah sakit Hasyim Asy'ari. Meskipun berat. Tapi Gus Sholah olah tidak keberatan, menyenangkan karena sudah diniati.
Ā 
"Mulai tanggal 1 Januari 2020, kami ke Jakarta ingin ketemu anak cucu. Ternyata setiap hari ketemu anak-anak secara bergantian menjadi isyarat," tutupnya.
Ā 
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul ArifinĀ