Khutbah

Khutbah Jumat: Pentingnya Menjaga Diri dari Hoaks

NU Online  ·  Rabu, 14 Mei 2025 | 14:00 WIB

Khutbah Jumat: Pentingnya Menjaga Diri dari Hoaks

Ilustrasi hoaks. Sumber: Canva/NU Online.

Salah satu dampak buruk dari tidak waspada terhadap fitnah dan hoaks adalah tergerusnya kejernihan berpikir serta melemahnya kepercayaan sosial. Banyak orang yang tanpa disadari, menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya hanya karena mengikuti emosi sesaat atau dorongan untuk tampil lebih tahu. Tentu saja hal ini tidak hanya menyesatkan orang lain, tetapi juga menciptakan kegaduhan dan perpecahan, baik di lingkup keluarga, komunitas, maupun masyarakat luas.


Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Menjaga Diri dari Hoaks”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Di awal khutbah ini, marilah kita tundukkan hati dan lafalkan syukur kepada Allah SWT, yang dengan rahmat-Nya, masih memperkenankan kita hidup dalam limpahan nikmat dan karunia-Nya. Maka sudah sepantasnya kita basahi lisan kita dengan kalimat syukur alhamdulillahi rabbil alamin. Semoga syukur itu tidak hanya terucap di lisan, tetapi juga terwujud dalam ketaatan dan amal saleh.


Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, karena berkat perjuangan dan kesabarannya dalam berdakwah, kita semua bisa merasakan nikmatnya Islam dan iman. Semoga Allah mempertemukan kita semua dengannya di taman-taman surga yang abadi, dan di bawah naungan rahmat-Nya yang tak bertepi. Amin ya rabbal alamin.


Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami sebagai khatib untuk senantiasa mengingatkan para jamaah sekalian agar senantiasa berusaha untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, yaitu dengan menjaga lisan dan perilaku digital kita dari segala bentuk kebohongan, fitnah, dan penyebaran hoaks. Khususnya di tengah derasnya arus informasi, ketakwaan menuntut kita untuk berhati-hati dalam menerima, menyaring, dan menyampaikan setiap kabar.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Di antara wujud nyata dari ketakwaan hari ini adalah menjaga lisan, menahan jari, dan tidak gegabah dalam menyampaikan informasi. Kita semua berada di zaman di mana fitnah bisa menyebar lebih cepat dari fakta, dan hoaks seringkali dibungkus seolah-olah kebenaran, maka kejujuran dan kehati-hatian menjadi benteng penting bagi seorang mukmin. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ


Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat, [49]: 6).


Imam Abu Abdillah al-Qurthubi dalam kitab Tafsir al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, jilid VI, halaman 331 mengatakan bahwa sebab diturunkannya ayat ini adalah bahwa suatu saat Nabi Muhammad mengirimkan Walid bin Uqbah sebagai pemungut zakat kepada Bani Mustaliq. Ketika mereka melihatnya, mereka mendekatinya dan dia merasa takut kepada mereka (dalam riwayat yang lain karena ada permusuhan antara keduanya). Kemudian Walid bin Uqbah kembali kepada Nabi dan memberitahukan bahwa mereka telah murtad dari Islam.


Tentu saja Rasulullah tidak langsung mempercayainya, tetapi melakukan tabayun terlebih dahulu dengan mengutus Khalid bin Walid dan memerintahkannya untuk memverifikasi terlebih dahulu dan tidak terburu-buru. Khalid pun berangkat hingga menemui mereka pada malam hari, kemudian dia mengirimkan mata-mata untuk mengamati keadaan mereka. Ketika mata-mata itu datang, mereka melaporkan kepada Khalid bahwa mereka tetap berpegang teguh pada Islam, mereka mendengar azan dan melihat mereka salat. Selanjutnya, Khalid mencoba melihatnya secara langsung, dan memang demikian adanya,


فَلَمَّا أَصْبَحُوْا أَتَاهُمْ خَالِدٌ وَرَأَى صِحَّةَ مَا ذَكَرُوْهُ ، فَعَادَ إِلىَ النَّبِيِّ فَأَخْبَرَهُ، فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ


Artinya, “Maka ketika pagi tiba, Khalid mendatangi mereka dan menyaksikan kebenaran apa yang telah mereka katakan. Lalu ia kembali kepada Nabi dan memberitahukannya, maka turunlah ayat ini.”


Dari peristiwa ini, ada satu pelajaran penting bagi kita semua, yaitu tidak mudah percaya dan tidak mudah menyebarkan. Caranya adalah dengan membiasakan tabayun, yaitu memverifikasi setiap informasi yang datang, terutama jika bersumber dari orang yang tidak dikenal kejujurannya. Kita tidak boleh terburu-buru menekan tombol “kirim/teruskan” sebelum menimbang dengan benar. Karenanya, sudah seharusnya kita jaga lisan dan tulisan kita sebagaimana kita menjaga kehormatan dan harga diri kita sendiri.


Adapun cara memverifikasi informasi sebagaimana dicontohkan Rasulullah dalam kisah tersebut adalah, Pertama, tidak terburu-buru menyimpulkan atau menyebarkan kabar, sekalipun datang dari orang yang kita anggap terpercaya. Kedua, mencari sumber informasi yang tepercaya dan netral. Ketiga, melakukan pengamatan secara cermat. Keempat, mencari tanda-tanda objektif atau bukti nyata. Dan kelima, menyampaikan atau menyikapi informasi dengan jujur, adil, dan penuh tanggung jawab.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Kita tidak diperbolehkan menyampaikan atau menyebarkan sesuatu yang belum kita ketahui kebenarannya. Sebab, setiap informasi yang keluar dari lisan atau jari kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Maka, diam itu lebih selamat daripada bicara atau menyebarkan sesuatu yang dapat  merusak. Oleh sebab itu, mari kita lebih hati-hati dalam hal ini, karena salah satu sumber fitnah terbesar adalah kabar yang disampaikan tanpa ilmu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا


Artinya, “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra’, [17]: 36).


Ayat ini mengajarkan kepada kita semua bahwa sikap berhati-hati dalam berbicara dan menyebarkan informasi merupakan kewajiban. Setiap perbuatan, ucapan, dan apa saja yang kita sebarkan di media sosial akan dimintai pertanggungjawaban. Maka siapa pun yang ingin selamat di dunia dan akhirat, hendaknya tidak ikut-ikutan menyebarkan berita yang tidak jelas asal-usul dan kebenarannya. Jadilah hamba yang bijak, tidak sekadar cepat tanggap, tetapi juga hati-hati dan bertanggung jawab.


Demikian adanya khutbah Jumat, perihal menjaga diri dari fitnah dan hoaks. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua, agar bisa lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan Sebuah informasi sebelum benar-benar nyata kebenarannya.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ


أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dan Awardee Beasiswa non-Degree Kemenag-LPDP Program Karya Turots Ilmiah di Maroko.