Khutbah

Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan

NU Online  ·  Kamis, 17 Juli 2025 | 18:00 WIB

Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan

Ilustrasi keluarga yang harmonis. Sumber: Canva/NU Online.

Salah satu sebab krisis keteladanan hari ini adalah jauhnya manusia dari akhlak Nabi yang seharusnya menjadi pijakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebab, akhlak Rasulullah tidak hanya untuk dikenang saja, tetapi juga untuk dibumikan dalam perilaku, tutur kata, dan bersosial. Maka ketika krisis keteladanan seperti saat ini menimpa banyak manusia, Rasulullah adalah sosok terbaik untuk dijadikan teladan hidup yang baik, jujur, sopan, rendah hati dan sifat kebaikan lainnya.


Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala limpahan nikmat, rahmat, dan kasih sayang yang Allah berikan kepada kita semua. Dalam setiap tarikan napas, dalam setiap langkah yang dimudahkan, dan dalam setiap kesempatan untuk berbuat baik, sesungguhnya kita sedang menikmati karunia dari-Nya yang tak ternilai. Maka sudah sepantasnya kita bersyukur, atas nikmat-nikmat tersebut.


Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita, Rasulullah Muhammad SAW, allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa shahbih. Beliau merupakan teladan terbaik yang diutus untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Kesabaran, kejujuran, kasih sayang dan semua sifat mulia lainnya tertanam dalam dirinya. Semoga kita termasuk umatnya yang senantiasa berusaha meneladani akhlaknya dan kelak dikumpulkan bersamanya di surga.


Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk terus mengajak menumbuhkan iman dan menyuburkan takwa dalam diri kita semua. Takwa tidak hanya sekadar simbol religius, tidak juga sekadar menjalankan ibadah formal, takwa juga bisa diartikan sebagai upaya menjaga diri dari yang haram meskipun tak ada yang melihat, menahan diri dari amarah saat mampu membalas, dan tetap lurus meski dunia seolah memaksa untuk menyimpang.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Kita hidup di zaman ketika amarah lebih cepat tersebar daripada kasih sayang, dan kata-kata kasar lebih banyak viral dibanding ucapan lembut yang penuh kasih sayang. Sehingga anak muda zaman sekarang tumbuh dalam lingkungan yang lebih sering melihat tontonan viral daripada tokoh teladan.


Di tengah keadaan seperti ini, membumikan akhlak Rasulullah tak sekadar tuntunan moral, tapi kebutuhan untuk menata kembali arah hidup umat. Akhlak yang Nabi contohkan tidak hanya narasi sejarah, tapi peta jalan bagi siapa saja yang ingin tetap di jalan yang Allah ridhai.


Ketika budaya saling menjatuhkan, kekerasan, ketidakadilan, dan hal-hal tidak baik lainnya sering terjadi, maka akhlak Rasulullah menjadi sangat penting untuk kita teladani saat ini, mulai dari kelembutan, kasih sayang, kebijakan, dan semua sifat-sifatnya yang mulia. Bahkan dalam Al-Qur’an, ditegaskan bahwa orang-orang yang mengakui cinta kepada Allah, ia harus mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Allah berfirman:


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran, [3]: 31).

 

Mengikuti Rasulullah tidak hanya sekadar menunaikan shalat dengan khusyuk atau puasa dengan tekun saja, melainkan juga menghidupkan ruh akhlakul karimah dalam setiap interaksi sosial kita. Ketika kita menjaga lisan dari dusta dan fitnah, itu juga bagian dari ibadah. Ketika kita menghormati hak tetangga dengan tidak mengganggu ketenangannya, itu bagian dari ibadah. Bahkan senyum tulus kepada saudara kita pun bernilai sedekah di sisi Allah.


Dan demikianlah yang Rasulullah lakukan dalam laku kesehariannya. Nabi mengajarkan bahwa seorang muslim sejati adalah yang lisannya jujur, perilakunya santun, dan kehadirannya membawa ketenteraman dan kedamaian bagi siapa saja. Maka tidak heran, Al-Qur’an memberikan pujian kepada Rasulullah disebabkan akhlaknya yang mulia dan budi pekertinya yang luhur. Allah berfirman:


وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ


Artinya, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS Al-Qalam: 4).


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Pernah suatu ketika Sayyidah Aisyah ditanya tentang bagaimana akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Lalu beliau menjawab bahwa Rasulullah bukanlah pribadi yang kasar, tidak pula berkata keji, tidak suka berteriak di pasar, dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan. Sebaliknya, Nabi selalu memaafkan dan berlapang dada. Riwayat ini sebagaimana tercatat dalam Musnad Ahmad, yaitu:


كَانَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَلَا سَخَّابًا بِالْأَسْوَاقِ وَلَا يُجْزِئُ بِالسَّيِّئَةِ مِثْلَهَا وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَصْفَحُ


Artinya, “Nabi adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Nabi tidak pernah berkata keji dan tidak berbuat keji, tidak bersuara keras di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan yang serupa. Namun ia memaafkan dan berlapang dada.” (HR Ahmad).


Tidak hanya itu, Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri mengisahkan dalam kitab ar-Rahiqul Makhtum, halaman 62, bahwa pernah suatu ketika, saat pemugaran Ka’bah sedang berlangsung dan pembangunan telah sampai pada bagian Hajar Aswad, terjadi perselisihan antar kabilah perihal siapa yang berhak meletakkan batu mulia itu di tempat semula. Pertikaian semakin memanas dan hampir saja menimbulkan pertumpahan darah di dalam Masjidil Haram.


Karena pertikaian tak kunjung selesai, akhirnya Abu Umayyah bin al-Mughirah menawarkan usulan agar keputusannya diserahkan kepada orang pertama yang masuk masjid dari pintu Masjidil Haram. Dan benar saja, orang pertama yang masuk ke masjid kala itu adalah Rasulullah Muhammad. Dan ketika orang Quraisy melihat itu, mereka berkata:


وَشَاءَ اللهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ رَسُوْلُ اللهِ، فَلَمَّا رَأَوْهُ هَتَفُوْا هَذَا الْأَمِيْنُ، رَضِيْنَاهُ هَذَا مُحَمَّدٌ


Artinya, “Dan Allah menghendaki bahwa orang itu adalah Rasulullah. Ketika mereka melihatnya, mereka berseru, ‘Inilah al-Amin (yang terpercaya),’ kami rela dia yang melakukannya, ini adalah Muhammad.”


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Kisah ini mengajarkan bahwa akhlak Rasulullah tak sekadar narasi sejarah saja, tapi realitas yang mampu meredakan konflik nyata. Ketika bara pertikaian antarsuku di Makkah, kehadiran Nabi justru menjadi titik temu yang menyatukan hati-hati yang keras. Hal itu karena ia hadir dengan akhlak yang luhur, dan itulah yang menyelesaikan masalah.


Maka hari ini, ketika kita hidup di tengah masyarakat yang mudah tersulut emosi, gampang saling mencela, dan terbiasa menilai tanpa memahami, meneladani Rasulullah tidak lagi perihal idealisme belaka. Tetapi tentang bagaimana kita bisa hadir seperti Nabi yang hadir dengan membawa ketenangan, memulihkan dan menyatukan orang-orang yang konflik. Tidak hanya di mimbar, tapi di meja keluarga, di ruang kerja, di jalan, hingga di media sosial.


Karena itu, mari kita jadikan akhlak Rasulullah sebagai kompas dalam bersikap dan bertindak. Tidak hanya untuk menjadi sempurna, tapi agar kita tidak kehilangan arah di zaman yang krisis akan keteladanan seperti saat ini.


Demikian, semoga khutbah ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk kembali menjadikan Rasulullah sebagai teladan sepanjang zaman, tidak hanya untuk didengar, tapi juga dilanjutkan dalam perbuatan dan laku hidup sehari-hari.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ


أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.